Pengembangan Proses Produksi Biodiesel Biji Karet Metode NonKatalis “Superheated Methanol” pada Tekanan Atmosfir
ABSTRAK: Proses produksi
biodiesel dari biji karet (Heveabrasiliensis) yang dilaksanakan di Indonesia pada
umumnya memakai metode katalis (asam atau alkil) dan metode pencucian basah
atau metode pencucian kering. Metode katalis membawa banyak kerugian antara
lain: waktu produksi lama, biaya produksi tinggi karena menggunakan magnesol
sebagai absorban, terutama jika pemurniannya menggunakan air (sistem pencucian
basah) karena akan dapat merusak komponen mesin seperti misalnya: seal cepat
bocor, mudah timbul jamur, karat / korosi pada silinder head, pompa dan saringan
bahan bakar sering buntu, dan sebagainya. Proses produksi biodiesel dengan
metode non-katalis dapat mengatasi kelemahan seperti disebutkan di atas. Pada
studi ini, minyak biji karet diperoleh dengan metode pengepresan. Spesifikasi
minyak adalah sebagai berikut: viskositas 5,19 cSt, densitas 0,9209 g/ml,
kandungan air 0,2%, asam lemak bebas (FFA) 6,66%, dan titik didih 305oC.
Metodelogi yang digunakan adalah pemrosesan biji karet menjadi biodiesel metode
non-katalis superheated methanol. Tranesterifikasi berlangsung di dalam sebuah
Bubble Column Reactor (BCR) pada temperatur reaksi 270oC, 275oC,
280oC, 285oC, dan 290oC serta pada tekanan
atmosfir. Rasio molar antara methanol dan minyak biji karet adalah: 140, 150,
dan 160. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses pembuatan biodiesel
dari minyak nabati metodekatalis biasanya melalui berbagai tahapan proses
yaitu: proses degumming untuk melepaskan getah atau lendir yang dikandungnya, esterifikasi
untuk menurunkan kadar FFA sampaidi bawah 2,5% untuk mencegah penyabunan, dan
tranesterifikasi untuk memperoleh metil ester atau biodiesel dan kemudian
pencucian. Tetapi dalam pengembangannya menggunakan metodenon-katalis ternyata
bahwa minyak biji karet yang memiliki kadar FFA tinggi (di atas 2,5%) dapat
secara langsung diproses tranesterifikasi tanpa terjadi penyabunan dan dapat
menghasilkan biodiesel tanpa harus mengalami proses pendahuluan degumming,
esterifikasi, maupun pencucian. Densitas, angka setana, titik tuang, titik
nyala, dan angka asam metode non-katalis lebih baik dari pada metode katalis.
Kelemahannya adalah bahwa residu karbon mikro yang dikandung oleh biodiesel minyak
biji karet (B-100) masih cukup tinggi di atas standar yang diijinkan. Kadar
metil ester optimum diperoleh pada rasio molar 160 dan temperatur reaksi 290oC
karena menghasilkan biodiesel terbesar dan gliserol terkecil
Penulis: I Wayan Susila
Kode Jurnal: jptmesindd090037