Cystatin C sebagai parameter alternatif uji fungsi ginjal

ABSTRAK: Standar baku emas untuk  glomerular filtration rate (GFR) adalah klirens inulin, tetapi klirens inulin tidak digunakan secara luas karena kesulitan teknis. Petanda yang paling sering digunakan untuk GFR adalah kreatinin serum saja atau dengan kombinasi pengumpulan urin 24 jam, tetapi petanda ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adanya pengaruh usia, jenis kelamin, massa otot, asupan makanan dan kesulitan pengumpulan urin 24 jam. Cystatin C adalah suatu petanda baru yang memenuhi kriteria zat yang dapat dipakai untuk petanda endogen GFR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari parameter alternatif uji fungsi ginjal. Telah dilakukan penelitian terhadap 56 pasien gagal ginjal kronik dan 53 orang kontrol sehat terhadap kadar kreatinin serum, klirens kreatinin dan kadar cystatin C. Rata-rata usia penderita gagal ginjal kronik berkisar besarnya 64 ± 14,54 tahun, sedangkan kelompok kontrol 37,64 ± 18,72 tahun. Hasil penelitian menunjukkan kreatinin darah dan klirens kreatinin pada kelompok kontrol dipengaruhi umur, jenis kelamin dan indeks massa tubuh (IMT), sedangkan cystatin C tidak. Nilai rujukan cystatin C didapatkan sebesar 0,85 ± 0,13 mg/dL. Pada kelompok gagal ginjal kronik didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar cystatin C dengan klirens kreatinin (p = 0,000, r = 0,69). Cystatin C meningkat lebih tinggi dibandingkan kreatinin darah pada pasien dengan klirens kreatinin yang sudah rendah. Pada kelompok kontrol dijumpai klirens kreatinin yang rendah sedangkan kadar kreatinin darah dan cystatin C menunjukkan kadar normal.
Kata kunci: Cystatin C, GFR, klirens kreatinin
Penulis: Pusparini
Kode Jurnal: jpkedokterandd050015

Artikel Terkait :