Distribusi serotipe dan pola resistensi antibiotika dari isolat Salmonella nontifoid di Jakarta
ABSTRAK: Salmonellosis menjadi
suatu masalah penting di seluruh dunia. Meskipun infeksi yang disebabkan oleh Salmonella
nontifoid sering kali merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, akibat
penyerta (sequelae) yang serius dapat terjadi termasuk kematian, terutama pada
penderita-penderita dengan imunitas rendah. Suatu studi untuk mendeteksi
Salmonella nontifoid pada penderita diare telah dilakukan selama bulan Februari
2002 sampai Agustus 2004. Selama periode ini dikumpulkan sampel usap dubur
sebanyak 1810 untuk diperiksa secara bakteriologis dengan hasil 135 (7,5%)
sampel positif Salmonella. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa Salmonella
ser. Typhimurium dan Salmonella ser. Enteritidis adalah serotipe yang paling
banyak dijumpai dengan derajat isolasi masing-masing sebesar 29,6% untuk ser.
Typhimurium dan 23,1% untuk ser. Enteritidis. Uji kepekaan antimikrobial yang
melibatkan 8 jenis antibiotika memperlihatkan bahwa sejumlah kecil (4%) sampai
sedang (39%) dari mikroorganisme yang terisolasi resisten terhadap asam
nalidiksat, ampisilin, trimetoprim-sulfametoksazol, tetrasiklin dan
kloramfenikol. Meskipun mayoritas dari kuman-kuman Salmonella masih sensitif terhadap siprofloksasin
and norfloksasin, beberapa dari kuman Salmonella ser. Typhimurium telah
menunjukkan resistensi terhadap norfloksasin (1,0%) dan seftriakson (9,0%).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Salmonella spp. merupakan patogen enterik yang frekuensinya cukup tinggi
sebagai penyebab diare.
Penulis: Murad Lesmana, Julius
E. Surjawidjaja, Elly Herwana, Oktavianus Ch. Salim, dan Paul Bukitwetan
Kode Jurnal: jpkedokterandd060022

Artikel Terkait :
Jp Kedokteran dd 2006
- Sinusitis pada Anak
- Pentingnya Pencegahan Dini dan Tata laksana Alergi Susu Sapi
- Hernia Bochdalek
- Gawat Darurat Neonatus pada Persalinan Preterm
- Nefritis Lupus dengan Perdarahan Intrakranial pada Anak: laporan kasus
- Profil Parameter Hematologik dan Anemia Defisiensi Zat Besi Bayi Berumur 0-6 Bulan di RSUD Banjarbaru
- Hepatoblastoma di Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta: peran kemoterapi preoperatif
- Eosinofil Mukosa Hidung Sebagai Uji Diagnostik Rinitis Alergi pada Anak
- Gangguan Tidur pada Anak Usia Bawah Tiga Tahun di Lima Kota di Indonesia
- Gambaran Kunjungan Pasien Rawat Jalan Endokrinologi Anak dan Remaja FK USU / RS. H. penulis:Adam Malik Medan, Tahun 2000-2004
- Hubungan antara Anemia dengan Perkembangan Neurologi Anak Usia 12-24 bulan
- Rekomendasi Satgas Imunisasi
- Vulvovaginitis pada anak
- Sindrom Sturge Weber
- Tata laksana Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal pada Anak
- Penggunaan Kortikosteroid Intranasal Dalam Tata Laksana Rinitis Alergi pada Anak
- Esofagitis Refluks Pada Anak
- Sindrom Nefrotik Sekunder pada Anak Dengan Limfoma Hodkin
- Pemberian Diet Formula Tepung Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) pada Sindrom Nefrotik
- Thalassemia Alfa Mayor dengan Mutasi Non-Delesi Heterozigot Ganda
- Hubungan antara Kadar Timbal Udara dengan Kadar Timbal Darah Serta Dampaknya pada Anak
- Pengenalan Acquired Immunodeficiency Syndrome pada Pasien Anak Ditinjau dari Bidang Kedokteran Gigi Anak
- Ketajaman Klinis dalam Mendiagnosis Bising Inosen
- Hubungan Asupan Zat Gizi dan Indeks Masa Tubuh dengan Hiperlipidemia pada Murid SLTP yang Obesitas di Yogyakarta
- Penurunan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak dengan Demam