Kualitas tenaga mikroskopis untuk program directly observed treatment short-course-therapy (DOTS) di Pusat Kesehatan Masyarakat

ABSTRAK: Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Dengan diterapkannya strategi directly observed treatment short-course-therapy (DOTS) di Indonesia, maka kualitas tenaga mikroskopis menjadi faktor kritis keberhasilan program. Penelitian ini menggunakan rancangan potong silang pada tujuh kabupaten yang diambil secara purposif dari tujuh propinsi. Kabupaten itu adalah Bandung, Pekalongan, Ogan Komering Ulu (OKU), Bangka, Banjarmasin, Donggala dan Timor Tengah Selatan (TTS). Kemudian secara acak dari setiap kabupaten dipilih empat Pusat Kesehatan Mayarakat (Puskesmas) Rujukan Mikroskopis (PRM) dan 4 Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM), kecuali di Kabupaten Pekalongan yang hanya ada tiga PRM dan Kabupaten Donggala yang tidak mempunyai PPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum seluruh PRM dan PPM yang diteliti mempunyai tenaga mikroskopis yang berasal dari analis kesehatan, meskipun kondisi PRM lebih baik dari PPM, bahkan di Kabupaten TTS tidak ada tenaga analis kesehatannya. Dari tes langsung, sekitar 71,4% tenaga mikroskopis PRM dan hanya 33,3% tenaga mikroskopis PPM yang relatif baik hasilnya. Hasil validasi dari 26 PRM yang diteliti menunjukkan bahwa 16 (61,5%) PRM yang tingkat kesalahannya <5%, sedangkan pada PPM hanya 3 (25,0%) dari 12 PPM.
Kata kunci: Directly observed treatment short-course-therapy, kualitas, tenaga mikroskopis, Puskesmas
Penulis: Purnawan Junadi
Kode Jurnal: jpkedokterandd050013

Artikel Terkait :