PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PENDEKATAN ASKEP KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN PENDERITA TB PARU DAN KELUARGA PESERTA DOTS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR
Abstrak: Tuberkulosis
Paru merupakan penyakit infeksi yang
masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat dunia, dimana
dari tahun 2006
dan sampai saat
ini penyakit tuberkulosis
telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, dengan Indonesia
menempati urutan ke-3. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi dengan masalah yang
kompleks meliputi perawatan
penderita, pengobatan dan
pencegahan penularan, sehingga membutuhkan penanganan dengan sebaik-baiknya. Keluarga sebagai unit
terdekat penderita TB diharapkan dapat
memberikan perawatan secara
mandiri. Tujuan dari
penelitian ini adalah
untuk mengetahui tingkat kemandirian penderita
TB dan keluarga
sebelum dan setelah
pemberian pendidikan kesehatan
melalui pendekatan Askep keluarga.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
Pre-eksperimental dengan one group pretest-postest design. Populasi penelitian
ini adalah semua keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita
TB Paru dan
sedang menjalani pengobatan
≤ 2 bulan
di Wilayah kerja
Puskesmas Kassi-kassi. Metode
sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dan
sampel yang dimiliki sebanyak 10 orang. Variabel
independen adalah pendidikan
kesehatan, variabel dependen
adalah tingkat kemandirian keluarga, variabel
antara adalah perubahan
tingkat pengetahuan, dan
variabel perancu adalah
umur, jenis kelamin, pendidikan,
pendapatan, pekerjaan, mental,
pola komunikasi, peran
keluarga, dukungan keluarga/motivasi, struktur
keluarga, berat badan,
lingkungan, dan nilai
budaya. Data dianalisa
secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji t-test berpasangan
(untuk uji variabel dependen) dan Fisher’s Exact Test (untuk uji variabel
perancu) dengan tingkat kemaknaan p < α (0,05). Penelitian ini berlangsung kurang
lebih 2 bulan mulai dari tanggal 6 Maret 2009-23 April 2009.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat kemandirian penderita
TB Paru dan
keluarga peserta DOTS,
dengan nilai p
= 0,000 yang
berarti p <α (0,05). Hal ini dibuktikan dengan
pre-test tingkat kemandirian
yang semula 10
orang berada pada
tingkat kemandirian II, tetapi
setelah pemberian pendidikan
kesehatan, maka hasil
post-test tingkat kemandirian
adalah 8 orang meningkat menjadi
kemandirian III (dipengaruhi
oleh faktor intern
dan faktor ekstern),
1 orang meningkat menjadi kemandirian
IV (terjadi peningkatan
pengetahuan dan perubahan
perilaku ke atah
positif), dan 1 orang lagi tetap di kemandirian II
(perubahan hanya terjadi sedikit dan tidak berlangsung lama).
Kesimpulan dari penelitian
ini adalah terdapat
pengaruh pendidikan kesehatan
melalui pendekatan Askep keluarga
terhadap tingkat kemandirian.
Dari hasil penelitian
ini, maka diharapkan
kepada pihak Puskesmas
untuk mensosialisasikan pelaksanaan home
care nursing, untuk
penderita TB agar
selalu teratur minum
obat, dan untuk
peneliti selanjutnya
diharapkan untuk menggunakan
metode, uji dan
variabel penelitian yang
berbeda serta sampel yang banyak.
Penulis: Yanti Tindika
Kode Jurnal: jpkeperawatandd120187