Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational overuse syndrome pada pekerja pria perusahaan bubuk deterjen
ABSTRAK: Penyakit-penyakit muskuloskeletal
merupakan masalah kesehatan kerja yang penting.
Perhatian banyak ditujukan pada occupational overuse syndrome (OOS),
merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan
keluhan rasa nyeri di daerah leher,
bahu, lengan atau tangan akibat perilaku kerja yang kurang memadai. Telah
dilaksanakan penelitian dengan metode potong lintang untuk meneliti pola kerja
sebagaifaktor risiko terjadinya OOS pada 223 pekerja bagian produksi perusahaan
bubuk deterjen di Cikarang. Gejala-gejala OOS dinilai dengan kuesioner dan
diagnosis pasti ditetapkan dengan pemeriksaan klinis. Hasil penelitian ini
menunjukkan prevalensi OOS sebesar 19,73%, diagnosis penyakit yang paling
banyak ditemukan yaitu myofascial pain syndrome, lateral epicondilitis, carpal
tunnel syndrome dan rotator cuff tendinitis. Pekerja packing mempunyai risiko
2,63 kali lebih besar untuk terjadinya OOS dibandingkan pekerja non packing
(95% CI=1,8 – 5,84). Selanjutnya untuk masing-masing kelompok umur, ternyata
kelompok usia dewasa (35–49 tahun) mempunyai risiko 2,1 kali lebih besar
dibandingkan dengan kelompok usia dewasa muda (19–34 tahun) maupun kelompok
usia lanjut (50–58 tahun). Usia pekerja dan pola kerja pekerja packing
merupakan risiko untuk timbulnya OOS. Kebijakan pengaturan aktifitas pada
pekerja yang lebih tua dan intervensi ergonomi sangat berperan untuk mengatasi
masalah ini.
Penulis: Ridwan Harrianto,
Johny Sulistio, M.R. Rachmawaty, Diana Samara
Kode Jurnal: jpkedokterandd060034