Sporotrikosis

Abstrak: Latar  belakang:  Sporotrikosis  disebabkan  oleh  jamur  dimorfik  Sporothrix  schenckii  yang  tersebar  di seluruh dunia. Sporotrikosis merupakan kasus yang jarang. Penanganan Sporotrikosis adalah sulit. Kasus  :  Dilaporkan  satu  kasus  sporotrikosis  pada  seorang  wanita  berusia  35  tahun  yang  berobat  pada tanggal  23  Mai  2005  ke  poliklinik  kulit  dan  Kelamin,  RS  Zainoel  Abidin  Banda  Aceh.  Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dan pemeriksaan histopatologi. Enam bulan yang lalu ia  digigit  oleh  tikus  sawah,  selanjutnya  timbul  benjolan  pada  bagian  pungung  tangan  dan  lengan  atas sebelah  kiri. Klinis tampak nodul-nodul eritema sepanjang saluran limfa. Ukuran  nodul berkisar 3-5 centi meter,  tidak  disertai  pembengkakan  kelenjar  limfa  regional.  Pada  pemeriksaan  histopatologis    dengan pewarnaan PAS dan HE ditemukan jaringan kulit dengan epidermis hiperkeratosis memipih. Di bawahnya tampak radang granulomatik dengan sel plasma, sel datia langhans, badan Asteroid, hifa dan spora. Tidak ditemukan  tuberkel.  Sporothrix  schenckii  teridentifikasi  berdasarkan  kultur  jaringan  kulit  pada  agar Sabouraud  dekstrosa.  Secara  umum  pasien  dalam  keadaan  sehat  dan  tidak  memiliki  riwayat  penyakit kronis. Terapi yang diberikan adalah itrakonazol 200 mg perhari. Lesi belum menunjukkan respon setelah terapi selama 12 minggu.
Diskusi:  Sporotrichosis  adalah  penyakit  yang  jarang  dari  deep  mikosis,  dengan  perjalanan  subakut  dan kronis  dari  lesi  nodular  kutan  atau  subkutan.  Penyabanya  adalah    Sporothrix  schenckii  yaitu  jamur dimorfik. Diberikan pulse terapi Itraconazole 400mg per hari selama satu minggu diikuti dengan istirahat 3 minggu.
Kata kunci: Sporotrikosis, Sporothrix schenckii, Itrakonazol
Penulis: Sitti Hajar
Kode Jurnal: jpkedokterandd060035

Artikel Terkait :