FISIOLOGI DEFEKASI
Abstrak: Defekasi diartikan
sebagai pembuangan tinja dari rectum. Seperti halnya usus halus, pergerakan
usus besar juga terdiri dari gerakan segmentasi dan peristaltik. Pada dasarnya gerakan segmentasi
pada usus besar
sama dengan yang
terjadi pada usus
halus. Setiap kontraksi otot
sirkular, disertai dengan kontraksi otot longitudinal menimbulkan terjadinya kontraksi
haustral. Kontraksi haustral akan menyebabkan feses terpapar dengan permukaan absorbsi usus
besar, sehingga terjadilah
absorbsi air sampai
mencapai 80-200 ml/hari.Gerakan peristaltik yang terjadi pada
setiap segmen usus besar agak berbeda, sesuai dengan karakteristik
massa feses. Pada
caecum dan kolon
ascenden, gerakan peristaltik terjadi akibat
kontraksi haustral yang
lambat tetapi berlangsung
terus-menerus, sehingga dibutuhkan
waktu 8-15 jam untuk menggerakkan makanan dari katup ileocaecal melewati kolon
transversum. Proses defekasi diawali
oleh terjadinya refleks
defekasi sebagai berikut
: Saluran dari kanalis anal
terdiri dari ujung-ujung saraf sensoris yang sensitif terhadap taktil, suhu dan rangsangan
nyeri. Ujung serabut
saraf sensoris dalam
kanalis anal inilah
yang mengidentifikasi
apabila lumen anus
terisi, baik itu
solid atau gas.
Ketika rangsangan berupa massa
feses masuk ke
dalam rektum (mass
movement) yang menyebabkan peningkatan tekanan
diatas 18 mmHg,
serabut saraf sensoris
akan terangsang dengan regangan tersebut dan mengirimkan impuls aferen melalui nervus
pelvikus dihantarkan ke segmen sakral 2,3,4 medulla spinalis sebagai pusat
defekasi. Impuls eferen secara
refleks kembali ke
kolon desenden, sigmoid,
rektum dan anus melalui serabut saraf parasimpatis dalam
nervi erigentes. Isyarat parasimpatis ini mengirim sinyal yang
menyebar ke pleksus
mienterikus untuk memulai
terjadinya gelombang peristaltik
yang kuat yang kadang-kadang bermanfaat dalam pengosongan usus besar dari fleksura lienalis,
kolon descenden, pemendekan
lapisan otot longitudinal
dalam kolon sigmoid dan
kontraksi rektum, diikuti
oleh kontraksi kuat
dari lapisan otot
sirkuler mendorong feses ke distal hingga anus. Spinkter interna juga
mengalami relaksasi. Impuls aferen
dari rektum juga
memberi efek aktivasi
jalur ascending ke
korteks sensorik, untuk membedakan isi
lumen antara solid
dan gas. Jika
distensi rektum tersebut
berupa gas, spinkter akan
relaksasi dan flatus
dapat keluar. Jika
solid, impuls eferen
melewati korda spinal untuk
memperkuat kontraksi dari
spinkter externa dan
mempertahankannya. Pada saat
itu, kontraksi volunter
dari spinkter externa
dan otot puborektalis
mencegah pengeluaran.
Keinginan defekasi pada
saat itu adalah
disadari. Ketika defekasi
tersebut diputuskan, otak memberi
perintah ke sakral
untuk menghentikan rangsangan/
eksitasi ke spinkter externa
dan otot levator
ani. Koordinasi komponen
defekasi otot skelet menghasilkan peregangangan
sudut anorektal, menurunkan
dinding pelvik dan
membuka anus.
Penulis: Azizah Nurdin
Kode Jurnal: jpkesmasdd130251

Artikel Terkait :
Jp Kesmas dd 2013
- Paparan iklan televisi terhadap pemilihan makanan dan asupan energi pada anak
- Pemberian makanan F100 dengan bahan substitusi tepung tempe terhadap status protein pasien anak dengan gizi kurang
- Pelaksanaan proses asuhan gizi terstandar (PAGT) terhadap asupan gizi dan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2
- Pertanyaan dan nasihat dokter untuk konsumsi sayur dan buah: penelitian potong lintang pada 10 puskesmas di Yogyakarta dan Sleman
- Peranan kadar nitrit oksida (NO) darah dan asupan lemak pada pasien hipertensi dan tidak hipertensi
- Pemberian makanan enteral berformulasi bahan pangan lokal terhadap kadar zat besi dan hemoglobin pada tikus putih (Rattus norvegicus)
- Jumlah konsumsi dan metode memasak ikan terhadap kejadian dislipidemia
- Perbedaan asupan mikronutrien pada lansia penderita hipertensi esensial yang overweight dan tidak overweight
- Perbedaan arus puncak ekspirasi antara anak asma dengan obesitas dan anak asma tanpa obesitas
- Status gizi sebagai faktor prognosis penderita karsinoma endometrium
- Penambahan kelapa (Cocos nucifera) dan kacang tolo (Vigna unguiculata) terhadap nilai indeks glikemik singkong (Manihot utilissima)
- Perubahan parameter biologik jaringan kanker payudara mencit akibat pemberian isoflavon tempe
- Status kesehatan mulut dan asupan makan sebagai faktor risiko underweight pada lansia
- Asupan makan, sindrom metabolik, dan status keseimbangan asam-basa pada lansia
- Hipoalbuminemia praoperasi pasien kanker kolorektal terhadap risiko komplikasi pascaoperasi dan lama rawat inap
- Polimorfisme gen ferroportin (FPN1) -1355 G/C sebagai faktor risiko anemia defisiensi besi pada ibu hamil
- Status pemberian ASI terhadap status gizi bayi usia 6-12 bulan
- Intervensi biskuit tempe kurma bagi peningkatan status gizi balita penderita tuberkulosis
- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN BAHAN ADIKTIF (NARKOBA) PADA REMAJA DI SMA KARTIKA WIRABUANA XX-1 MAKASSAR
- PENGARUH ANTARA PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI, IMPLEMENTASI STRATEGI DIFERENSIASI, DAN KUALITAS LAYANAN DALAM MENCAPAI KEUNGGULAN BERSAING PADA RUMAH SAKIT HAJI MAKASSAR
- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI SUNTIK DI KELURAHAN MATTOANGIN KECAMATAN MARISO KOTA MAKASSAR
- POLA ASUH PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA IBU BADUTA DI TANAH ADAT KAJANG AMMATOA KABUPATEN BULUKUMBA
- STATUS GIZI ANTROPOMETRI DAN STATUS HEMOGLOBIN SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA ANYELIR DAN SEKOLAH SEPAK BOLA BANGAU PUTRA MAKASSAR
- PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA YANG BERPACARAN DI SMA NEGERI 2 KAIRATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
- STUDI MUTU PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS JONGAYA MAKASSAR