GAMBARAN COPING STRES PADA PENDERITA DYSTONIA DI JAKARTA

Abstrak: Dystonia adalah sindrom yang berupa kontraksi otot yang tidak dapat dikontrol yang menyebabkan  pergerakan yang berbelok dan berulang-ulang dan/atau postur tidak normal. Dystonia menimbulkan rasa sakit dan pegal yang menetap dan hingga saat ini belum bisa disembuhkan, sehingga pengobatan yang ada saat ini hanyalah untuk mengurangi gejala yang timbul dari Dystonia. Ketidakmampuan mereka dalam mengontrol tubuh mereka, rasa sakit yang mereka rasakan terus menerus serta belum adanya obat yang ditemukan menimbulkan stres bahkan depresi bagi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stres, beberapa faktor penyebab stres yang dialami dan coping stres yang dilakukan oleh penderita Dystonia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek yang dipilih adalah penderita Dystonia yang sudah mengalami  Dystonia lebih dari 1 tahun, berusia 20-40 tahun dan berdomisili di Jakarta. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi serta menggunakan  purposive sampling. Dari hasil pengolahan data diperoleh gambaran bahwa secara garis besar ketiga subjek mengalami stres karena penyakit Dystonia yang dideritanya. Stres yang mereka alami bersumber dari  stressor fisik berupa adanya kekakuan otot pada bagian leher, bahu dan kepala. Kemudian adanya  stressor psikologis yaitu depresi serta minder dan tidak percaya diri yang timbul karena ketidakmampuan mereka dalam mengontrol tubuh mereka. Selanjutnya  stressor  sosial, yaitu adanya rasa malu dan malas dalam bersosialisasi karena posisi tubuh mereka yang dianggap aneh dan terakhir adalah  stressor ekonomi yaitu adanya kesulitan dalam keuangan karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan mereka yang mahal dan berkepanjangan. Ketiga subjek mengalami semua  stressor tersebut namun melakukan perilaku  coping  yang berbeda. Subjek I memilih untuk menggunakan  problem focused coping dan  emotion focused coping, sedangkan subjek II dan III lebih memilih untuk menggunakan  emotion focused coping saja. Namun bagi ketiga subjek, stres yang mereka alami dapat teratasi ketika mereka melakukan emotion focused coping berupa positive appraisal.
Kata kunci: stressor, problem focused coping, emotion focused coping
Penulis: Puspita, Olivia Tjandra Waluya
Kode Jurnal: jppsikologiklinisdd130016

Artikel Terkait :