Resiliensi Remaja Putri terhadap Problematika Pasca Orang Tua Bercerai
Abstrak: Tujuan Tujuan
penelitian ini untuk melihat gambaran resiliensi remaja putri terhadap problematika
pasca orangtua bercerai. Resiliensi merupakan kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi
ketika menghadapi kejadian yang berat (Reivich & Shatte, 2002). Menurut
Reivich dan Shatte (2002) terdapat 7 kemampuan resiliensi: emotion regulation,
impulse control, optimism, causal
analysis, empathy, self
efficacy, dan reaching
out. Pada penelitian ini, penulis menggunakan
menggunakan unit analisis resiliensi pada remaja putri. Penelitian menggunakan metode
kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus. Penelitian ini melibatkan 3
partisipan yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu remaja putri
berusia 17-20 tahun yang memiliki pengalaman perceraian orangtua. Penelitian
ini juga menggunakan 3 significant other untuk menambah kejelasan data. Teknik
penggalian data yang digunakan adalah wawancara sebanyak dua kali dan satu kali
pertemuan wawancara untuk significant other. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis tematik dengan
pendekatan theory driven.
Hasil penelitian menunjukkan
ketiga partisipan dapat resilien walaupun setelah perceraian partisipan masih menghadapi
masalah-masalah baru. Partisipan dapat resilien
dengan memiliki gambaran kemampuan resiliensi yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian, ketiga partisipan sama-sama memunculkan kemampuan
pada impulse control, optimism, empathy dan self efficacy meski ketiga
partisipan mempunyai kemampuan yang tidak sama persis. Kemampuan resiliensi yang
dimiliki membuat ketiga partisipan berhasil dalam mengartikan sebuah peristiwa
sulit.
Penulis: Ayu Dewanti P, Veronika
Suprapti
Kode Jurnal: jppsikologiperkembangan140014