DINAMIKA TRADISI KENDUREN DAUR URIPDALAM PROSES PERUBAHAN SOSIAL (STUDI KASUS DI DUKUH POLOYO, DESA CEMENG, KECAMATAN SAMBUNG MACAN, KABUPATEN SRAGEN)
Abstrak: Budaya Jawa
adalah pancaran atau
pengejawantahan budi manusia
Jawa yang mencakup kemauan, ide-ide, cita-cita, maupun
semangat dalam mencapai kesejahteraan,
keselamatan, dankebahagiaan hidup lahir batin. Banyak kebudayaan yang berasal
dari nenek moyang yang sampaisekarang masih dipertahankan, misalnya budaya kenduren, jika dilihat khususnya di
masyarakat Jawa banyak klasifikasinya bahkan
setiap daur urippun
ada upacara kenduren, yaitu
dari kandungan hingga meninggal dunia. Hal ini seperti kendurenyang
dilakukan di Dukuh Poloyo. Penelitian
yang dilakukan di
Dukuh Poloyo menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan yaitu sumberdata primer (narasumber yang berkaitan dengan objek
kajian yang diteliti)
dan sumber data
sekunder (data monografi
daerah dandokumentasi). Pengumpulan
data dalam penelitian
ini diperoleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik
sampling yang digunakan
yaitu purposive sampling (sampel bertujuan). Teknik
analisis data yang
digunakan mengacu pada
teknik analisis data
Miles dan Huberman yang mencakup
empat tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kesimpulan
atau verifikasi data. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
penelititercermin dari dinamika yang muncul di masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya pergeseran
pada tradisi kendurenkarena terdapat faktor perubahan
sosial, baik itu
faktor ekstern maupun intern.
Di era globalisasi,
kenduren mengalami berbagai perubahan
baik itu berupa
penyempitan, penggabungan maupun meniadakan. Perubahan
yang terjadi tidak
menghilangkan unsur-unsur yang
sudah ada sebelumnya, hanya saja
sedikit terdapat pergeseran makna.
Pergeseran makna penyelenggaraankenduren terlihat dari
kepercayaan yang dulunya
bersifat magis sekarang
hanya sebagai simbolisasi saja.
Terkadang dilatarbelakangi pula
dengan keinginan untuk
mendapatkan ketenangan hidup. Namun, sering kali hanya dikarenakan
tekanan sosial kemasyarakatan, dengan maksud
mendapat pandangan positif
dari masyarakat sekitar.
Perubahan yang terjadi
juga memicu munculnya dinamika
tersendiri di Dukuh
Poloyo. Ada masyarakat
yang masih aktif melakukankenduren, ada masyarakat yang
melakukan namun disederhanakan, bahkan ada juga yang mulai meninggalkan
tradisikenduren.
Penulis: HESTI SULISTYANI
Kode Jurnal: jpsosiologidd140051