Kohesi Sosial dalam Tradisi Jimpitan Beras pada Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Di RT 01 RW 02 Desa Kemiri Lor, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo)

Abstrak: Tradisi  merupakan  hal  yang  sangat  penting  bagi  suatu  masyarakat,  sama  halnya  dengan tradisi  jimpitan  beras  yang  ada  di  RT  01  RW  02  Desa  Kemiri  Lor  yang  telah  diwariskan secara  turun-temurun.  Tujuan  penelitian  ini  ialah  untuk  mengetahui  terbentuknya  kohesi sosial di  balik tradisi  jimpitan  beras. Selain  itu, penelitian  ini  juga  ingin  mengetahui  faktor pendorong  dan  penghambat  kohesi  sosial  dalam  tradisi  jimpitan  tersebut.  Penelitian  terkaitkohesi sosial ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Agar mendapatkan data yang valid, peneliti  menggunakan  teknik  observasi  langsung,  wawancara,  dan  dokumentasi. Penentuan  informan  dalam  penelitian  ini  menggunakan  teknik  purposive  samplingberdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Untuk pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh di lapangan, peneliti menggunakan tiga teknik yaitu triangulasi, ketekunan  pengamatan, dan pemeriksaan  melalui  diskusi  dengan  rekan.  Sedangkan  analisis  data  menggunakan  analisis interaktif  yang  dilakukan  dengan  tujuan  agar  informasi  yang  dihimpun  menjadi  jelas  dan eksplisit  melalui  empat  tahap  yaitu  tahap  pengumpulan  data,  reduksi  data,  penyajian  data, dan  penarikan  kesimpulan.  Hasil  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  tradisi  jimpitan  beras yang dilaksanakan setiap malam mampu membentuk kohesi sosial masyarakat RT 01 RW 02 Desa Kemiri Lor yang ikut dalam tradisi tersebut. Kohesi sosial terbentuk melalui pertemuan sosial  yang  rutin  selama  berbulan-bulan  hingga  berpuluh-puluh  tahun  yang  didasari  oleh adanya  saling  butuh,  kemudian  membentuk  suatu  mekanisme  sosial  saling  membantu. Adanya nilai-nilai bersama, saling percaya, interaksi sosial, serta kelembagaan yang berjalan dengan  baik  membuktikan  bahwa  kohesi  sosial  memang  terbangun  berkat  tradisi  jimpitanberas yang didukung oleh kesadaran kekerabatan hingga adanya partisipasi aktif masyarakat. Masyarakat  tetap  menjalankan  tradisi  tersebut  karena  mereka  paham  akan  pentingnya jimpitan  beras  yang  didorong  beberapa  hal,  diantaranya  1)  adanya  kesadaran,  2)  rasa memiliki,  3)  manfaat  yang  dirasakan  seperti  menambah  pemasukan  kas  dan  inventaris, mempererat  tali  silaturahmi,  melatih  kemandirian,  dan  keamanan  lingkungan,  sedangkan faktor penghambat kohesi sosial antara lain 1) sikap malas 2) kurangnya komunikasi, 3) lelah dan mengantuk, 4) kesehatan, dan 5) cuaca.
Kata Kunci: Kohesi Sosial, Tradisi Jimpitan Beras, Masyarakat Perdesaan
Penulis: EKA NOFIANTI
Kode Jurnal: jpsosiologidd140048

Artikel Terkait :