MEMBIOSKOPKAN SANTRI

Abstrak: Tulisan ini berusaha untuk menjelaskan fenomena kemunculan santri sebagai komoditas populer,byang menjadi ketertarikan kelas menengah perkotaan di Indonesia. Pasca naiknya  film  Ayat-Ayat  Cinta  (2007),  beberapa  film  mulai mengeksplor lingkungan dan kehidupan santri dari beberapa aspek, misalnya cinta, kehidupan pribadi dan penerimaannya terhadap perempuan. Film dengan tema religius bukan merupakan fenomena baru di Indonesia. Setidaknya, fenomena ini menjadi menarik semenjak kemunculan dua peristiwa di dunia Muslim Indonesia. Diantaranya : (1) runtuhnya Orde Baru, yang secara otomatis berpengaruh membuka hubungan baru antara muslim dan pemerintahan baru. Hubungan menjadi lebih demokratis dan tidak adanya kontrol yang ketat, sehingga tidak ada kekuatan hegemonik terhadap masyarakat muslim. Meskipun demikian, (1) film islam pasca Orde Baru lebih independen dibandingkan dengan sebelumnya. (2) pecahnya peristiwa WTC 9/11/2001 menjadi wacana global dan merubah hubungan antara Islam dan dunia Barat. Ada banyak studi tentang Islam terkait pemikiran, kehidupan islam: ulama, ustadz dan juga kyai. Termasuk sistem pendidikan yang perlu dieksplorasi, klasifikasi dan digambarkan oleh Barat. Ini menjadi sebuah bagian dari menyudutkan islam sebagai teroris. Pada saat ini, Islam menjadi menarik untuk dikaji pasca keruntuhan komunis pada tahun 1980. Ratusan buku, jurnal dan hasil penelitian berusaha ditandingkan dengan islam yang dianggap sebagai teror. Kekhawatiran tentang islam meningkat, tidak hanya melalui tulisan, tetapi juga melalui film. Beberapa produser film dan direktur berusaha memproduksi film tentang santri dan berbagai macam aspek kehidupannya, khususnya yang hidup di pesantren. Hal ini terkait dengan kehidupan di pesantren. Sebagai pendidikan tradisional yang memiliki aspek asketisme, patriarkhi dan berbasiskan pedesaan. Meskipun demikian, tulisan ini akan mengeksplorasi tentang film islam di Indonesia, yang merepresentasikan muslim yang ditonton oleh masyarakat perkotaan yang memiliki perbedaan dan latar belakang budaya yang berbeda.
Kata Kunci: santri, pesantren, kultur dan film
Penulis: Hatib Abdul Kadir
Kode Jurnal: jpsosiologidd140012

Artikel Terkait :