STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)
Abstract: Pembangunan politik
di Indonesia, yang bertujuan fokus pada model pembangunan memiliki implikasi
pada tingginya konsentrasi pembangunan perkotaan. Kota-kota, pada faktanya, menjadi
ruang dimana penghuni kota dan pendatang baru di kota memiliki persaingan yang
ketat untuk mendapatkan keuntungan modal. Kualitas pendatang baru yang memiliki
kompetensi bagus dapat berkompetisi di kota. Beberapa orang akan mampu
menikmati kue pembangunan yang berlimpah. Akan tetapi, pendatang yang tidak
memiliki kompetensi tidak akan menikamti kue ekonomi tersebut. Menurut Max
Weber, fenomena ini menunjukan tindakan sosial instrumental. Hal ini menunjukan
bahwa pengukuran keuntungan dan kerugian menjadi sangat penting dalam
perilakunya. Termasuk, banyaknya pendatang yang tidak memiliki kompetensi.
Mereka hanya tergantung pada kemampuan fisiknya untuk survive. Dalam
terminologi Karl Marx, seseorang yang tidak mampu mengontrol faktor produksinya
(sebagai contoh: sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal) yang akan
tergantung pada tubuhnya (kekuatan
fisik) untuk survive.
Meskipun demikian sektor informal menjadi pilihan rasional. Misalnya :
pedagang kaki lima, pekerja serabutan, tukang parkir dan berbagai macam
pekerjaan informal yang banyak kita liat di kota. Tulisan ini berusaha mengkaji
salah sat u sektor informal di perkotaan yang dikenal dengan PKL. Strategi
survivenya dalam kompetisi hidup di kota menjadi kajian pokok yang akan
dijelaskan dalam tulisan ini.
Penulis: Muhammad Hayat
Kode Jurnal: jpsosiologidd140012