BERDIRI DAN BERKEMBANGNYA PERKEBUNAN KARET DOLOK MERANGIR TAHUN 1917 – 2005
Abstrak: Banyak perubahan
kebudayaan, ekonomi dan
sosial terjadi pada masyarakat Simalungun di Nagori Dolok
Merangir I dan II. Dimulai dari penggunaan
bahasa Simalungun yang
sudah langka dikalangan
suku Simalungun, berganti kepada
penggunaan bahasa Jawa
menjadi bahasa pengantar sehari
– hari. Berubahnya
pandangan orang Simalungun tentang bekerja sebagai karyawan
lapangan diperkebuan itu hina menj adi pekerjaan yang
sangat dibutuhkan memenuhi
kebutuhan hidup sehari
– hari. Perubahan kebudayaan, ekonomi dan sosial juga terjadi pada suku Jawa di
Nagori Dolok Merangir
I dan II.
Dimulai dari beberapa
tradisi yang sudah mulai di tinggalkan seperti wayang orang, Jarang
kepang dan ludruk yang berganti
dengan kesenian Keyboard.
Banyak nilai –
nilai kehidupan Jawa asli
sudah berganti seperti
hemat, sederhana, prioritas pendidikan menjadi
konsumtif, kemewahan dan
boros. Mengingat mata pencaharian orang Jawa dahulu di pulau
Jawa adalah bertani, maka akibat pentrasmigrasian secara paksa oleh pemerintah
kolonial ke perkebunan di Sumatera
Timur secara signifikan
merubah mata pencaharian
mereka menjadi buruh perkebunan.
Akulturasi budaya Simalungun
dan Jawa dalam hal
ini terlihat jelas
dalam religi. Orang
Simalungun sebelum kedatangan
orang Jawa ke Nagori Dolok Merangir memeluk kepercayaan nenek moyang Animisme.
Setelah berinteraksi dengan orang Jawa, maka orang Simalungun
memeluk Islam. Penggunaan
bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar sehari – hari
juga menjadi parameter akulturasi kedua budaya.
Penulis: Hanif Harahap, Waston
Malau
Kode Jurnal: jpantropologidd120028