Marapu: Konstruksi Identitas Budaya Orang Sumba, NTT
Abstrak: Artikel ini mengkaji
bagaimana orang Sumba mengonstruksi identitas budaya mereka berkaitan dengan
keagamaannya yang berhadapan dengan proses pendiskriminasian di sekitar mereka.
Orang Sumba yang memeluk Marapu menjadi terdiskriminasi bukan karena identitas
budaya yang melekat padanya, akan tetapi akibat pencitraan negatif terhadapnya.
Kategori diskriminatif dengan semua atribut dan peran yang melekat padanya
bukanlah konstruk alamiah, melainkan suatu produk sejarah dan produk
representasi.
Identitas budaya orang Sumba merupakan hasil interaksi antara kekuatan
dari “uar” dan praktik kehidupan sehari-hari mereka. Marapu merupakan agama dan
merupakan identitas budaya Sumba, yang menjadi dasar pedoman atau nilai-nilai
yang mengatur kehidupan mereka. Bahkan bagi orang-orang yang tidak mengikuti
agama Marapu. Pengertian Marapu bagi mereka terbatas pada adat istiadat nenek
moyang saja, dan bukan sebagai keyakinan yang mereka anut. Bagi orang Sumba,
beralih agama adalah kompromi, yang merupakan bentuk “strategi perlindungan
budaya”, yang dapat mengurangi ketakutan dan agresi yang timbul antara individu
dan masyarakat. Sifat budaya kompromi ini diaktifkan melalui lembaga-lembaga
tradisional yang selalu tetap mengedepankan musyawarah dan menjunjung tinggi
konsep kebersamaan dan solidaritas.
Penulis: Purwadi Soeriadiredja
Kode Jurnal: jpantropologidd130038