‘Memanusiakan Manusia’ dalam Lingkungan yang Tangguh: Mengapa ‘Jauh Panggang dari Api’?

Abstrak: Merupakan suatu realita empiris bahwa kondisi lingkungan tempat kita menggantungkan hidup telah semakin terdegradasi oleh berbagai kegiatan pengelolaan sumber daya alam yang dilandasi berbagai kepentingan tanpa mempertimbangkan ketangguhan ekosistem jangka panjang. Terutama, tanpa melibatkan pengampu budaya habitat itu yang secara turun temurun telah mengembangkan berbagai pranata sosial-budaya untuk menjaga ketangguhan lingkungan dan kesejahteraan mereka. Pengampu budaya itu, seperti petani, tergantikan posisi dan perannya oleh mereka yang memiliki kekuasaan dan kewenangan dalam program-program “pembangunan” berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan negara dan masyarakat luas. Petani pun semakin lama semakin “terasing” secara ekologis dan budaya di lahannya sendiri. Tidak terjalin keterhubungan dengan proses-proses fisik-alamiah yang terjadi akibat praktik pengelolaan sumber daya di luar pengetahuan empirisnya. Pendekatan lintas-disiplin mutlak perlu dilaksanakan. Antropologi sebagai ilmu yang mengaji manusia dapat memberikan sumbangsih yang bermakna sebagai ‘pengait’ jejaring ilmiah-teknologi-kebijakan di satu sisi, dan kehidupan masyarakat di sisi lain. Tidak hanya pendekatan lintas-disiplin, tetapi juga penelitian dan kolaborasi trans-disiplin dengan penduduk lokal sebagai subjek yang berpartisipasi aktif dalam penelitian dan program pembelajaran sudah saatnya dikembangkan. Antropologi dapat berperan sebagai ‘penerjemah budaya’ dari berbagai pihak yang memiliki ranah pengetahuan, budaya, perspektif, dan strategi yang berbeda dalam pengelolaan sumber daya. Tulisan ini memperlihatkan petani di Indonesia yang terasing di lahannya sendiri sejak dimulainya Revolusi Hijau dan bagaimana dapat berkontribusi untuk mengembalikan martabat dan kreatifitas petani.
Kata Kunci: Keterasingan petani, memanusiakan manusia, kolaborasi inter- dan multi-disiplin, penghubung dan penerjemah budaya, “Warung Ilmiah Lapangan”
Penulis: Yunita T. Winarto
Kode Jurnal: jpantropologidd130039

Artikel Terkait :