PRAGMATIK DAN WACANA KORUPSI
ABSTRAK: Jika semantik
mengkaji makna informatif, pragmatik memfokuskan perhatiannya pada makna komunikatif,
yakni apa yang ingin diimplikasikan
(oleh penutur/penulis) di dalam konteks.
Oleh sebab itu, wacana-wacana
yang mengandung unsur-unsur
yang implisit, misalnya
wacana iklan, wacana politik,
atau wacana humor,
menjadi lahan yang
menyediakan banyak inspirasi
bagi kajian-kajian berbasis pragmatik.
Tindak (tutur) perlukosi
merupakan salah satu
unsur implisit karena berkaitan
dengan daya pengaruh
atau efek atas
pilihan-pilihan yang dibuat
oleh penutur/penulis kepada mitra
tutur/pembacanya. Tulisan ini membahas wacana korupsi, jenis wacana yang didominasi
oleh makna informatif. Pilihan-pilihan jurnalis seperti menghukum, divonis,
melakukan tindak korupsi bersifat informatif belaka sehingga berdaya pengaruh
perlokutif rendah atau berdaya pragmatik
rendah. Analisis pragmatik
kritis mengindikasikan bahwa pilihan-pilihan semacam
itu tidak memperlihatkan keberpihakan jurnalis kepada rakyat bawah
sebagai segmen masyarakat yang paling
dirugikan oleh tindakan korupsi.
Tujuan tulisan ini ialah mendorong jurnalis
untuk lebih berempati kepada rakyat bawah dan untuk melakukan
pilihan-pilihan yang berdaya perlokutif lebih tinggi dalam
rangka menghadirkan efek
yang lebih keras
kepada sebagian segmen
pembacanya, yakni para koruptor.
Kata Kunci: daya
pengaruh perlokutif, daya
pragmatik, makna informatif,
makna komunikatif, pragmatik kritis
Penulis: B.R. Suryo Baskoro
Kode Jurnal: jpantropologidd140022