RANCANGAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK LAHAN DI KABUPATEN ACEH BESAR
ABSTRAK: Kebijakan Otonomi
Daerah dan Desentralisasi di Indonesia, membawa nuansa dan paradigma baru dalam
pengembangan daerah. Metode perencanaan bottom up (dari bawah/masyarakat)
adalah suatu usaha untuk meningkatkan partisipasi dari semua pihak (stake
holder) sesuai dengan karakteristik daerahnya. Aspirasi dan informasi daerah
yang diperoleh melalui analisis multi-faceted, wawancara, kuesioner, dan
informasi lainnya, memunculkan Kabupaten Aceh Besar sebagai salah satu lokasi penelitian yang
mempunyai potensi besar di bidang pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada tiga kecamatan di Aceh Besar
yang dapat dikembangkan menjadi wilayah agropolitan. Kecamatan Indrapuri
memiliki potensi paling besar untuk pengembangan kawasan agropolitan ini,
karena memiliki persyaratan paling lengkap untuk kebutuhan tersebut.
Pengelompokkan zona-zona pengembangan dan komoditas dari hasil analisis,
menggunakan metode zona agroekologi,
adalah : Zona I untuk kehutanan sekitar 81.465 ha (27, 39%), Zona II
untuk perkebunan seluas 44.365 ha (14,92%), Zona III untuk keperluan
agroforestri sekitar 65.232 ha (21,93%), Zona IV untuk tanaman pangan
sebesar 56.350 ha (18,95%) dan Zona VI
untuk kawasan mangrove seluas 50.100 ha (16,85%).
Penulis: Abraham
Surdiadikusumah, Nad Darga Talkuputra, dan Emma Amelina
Kode Jurnal: jpbiologidd110075