REKONSTRUKSI PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGIS
Abstrak: Manusia merupakan makhluk
berpikir yang mengembangkan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat
material dan immaterial, untuk keberlangsungan hidupnya di muka bumi. Relasi
antara ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakannya bersifat sistemik dan
fungsional. Ia berkembang dalam rentang sejarah kehidupan manusia yang panjang.
Namun demikian sifat, karakter, metode dan cara pandangnya disatukan dalam satu
istilah yang disebut den-gan paradigma. Perbedaan dalam beberapa ciri tersebut
telah menyebabkan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki be-ragam paradigma.
Tetapi pada setiap jamannya, akan muncul paradigma dominan. Ia memiliki
pengaruh yang sangat kuat dalam sistem pengetahuan dan praktiknya dalam
kehidupan masyarakat. Masyarakat yang terdominasi suatu paradigma maka akan
mempraktikkan sifat, karakter, metode dan cara pandang paradigma tersebut dalam
kehidupan sehari-harinya dan orientasi serta harapan atas kehidupannya. Saat
ini kehidupan manusia terdominasi oleh paradigma positifisme dalam bentuk
sistem atau ideologi modernisme dan mesin penggeraknya industrialisasi.
Modernisme telah menentuk-kan bentuk, pola, dan sistem dalam kehidupan manusia
pada semua aspek. Posisi manusia menjadi sentral dari kehidupan di alam
semesta. Segala aspek dari kehidupan sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh
kebutuhan, keinginan dan cara berpikir manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi sarana untuk menundukan dan mengendalikan alam semesta. Alam semesta
dan isinya memiliki makna dan berarti jika manusia membutuhkan, menginginkan
dan memikirkannya. Paradigma ini telah berlangsung beberapa abad terakhir ini. Manusia
memiliki sifat yang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki dan dicapai.
Manusia memiliki sifat rakus dan tidak terkendali dalam memanfaatkan sumber
daya yang disediakan oleh Allah SWT di alam semesta ini. Akibatnya kerusakan
ekologi terjadi dimana-mana, meskipun manusia menciptakan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk men-gatasinya. Namun bencana ekologi tersebut sulit diatasi, karena
paradigmanya masih menempatkan manusia sebagai sentralnya. Manusia
mengesampingkan sifat dan karakter alam semesta yang memiliki hukumnya
sendiri. Untuk itu perlu upaya strategis
dengan merekontruksi paradigma dalam sistem ilmu pengetahuan dan teknologi yang
selama ini dikembangkan dan digunakan manusia.
Penulis: Thohir Yuli Kusmanto
Kode Jurnal: jpsosiologidd140159