TABU NIKAH ANTARA MASYARAKAT PURBALINGGA DENGAN SOKARAJA

ABSTRAK: Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengungkap  tabu  nikah  pada masyarakat  perdesaan  Purbalingga  dan  Sokaraja  (Banyumas).  Penelitian  ini ditempuh  melalui  metode  filologi  yang  dikombinasikan  dengan  metode  folklor. Metode  filologi  dan  folklor  dipakai  untuk  menyediakan  sumber  sejarah  yang terkandung  dalam  teks  dan  folklor.  Selanjutnya,  kedua  metode  itu  ditempuh untuk  menghasilkan  karya  historiografi  berupa  sejarah  kebudayaan  atau  sejarah intelektual  di  tingkat  lokal  Purbalingga  dan  Banyumas.  Hasil  penelitian  ini menunjukkan  bahwa  tabu  nikah  yang  terdapat  pada  masyarakat  perdesaan Purbalingga  dan  Sokaraja  menggambarkan  fenomena  pluralitas  sosial  budaya yang didasarkan atas legitimasi sosial politik. Tabu nikah yang timbul disebabkan oleh  konflik-konflik  sosial  sebagai  bentuk  dari  persaingan  pengaruh  dan  perang legitimasi  antarelite  Purbalinga  dengan  Sokaraja.  Dalam  konflik  tersebut,  Raden Kaligenteng  menjadi  troublemaker  (biang  kerok).  Tabu  nikah  di  atas menunjukkan  sesuatu  yang  dapat  dimaknai  sebagai  gejala  pergeseran  dari cosmos menuju chaos. Namun, situasi chaos lebih dominan karena pergeseran itu belum  atau  tidak  melahirkan  cosmos  yang  baru  sehingga  selalu  dalam  posisi liminal  atau  ambang.  Posisi  tersebut  bisa  dijelaskan  dalam  rangka  binary opposition yang bersifat relatif yang menghadirkan pihak ketiga yang menempati posisi liminal.
Kata Kunci: tabu nikah, konflik sosial, persaingan sosial, cosmos, chaos, posisi liminal
Penulis: Sugeng Priyadi
Kode Jurnal: jpsosiologidd070040

Artikel Terkait :

Jp Sosiologi dd 2007