Perbedaan Tingkat Perkembangan Penalaran Moral Ditinjau dari Status Identitas Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Angkatan 2012

ABSTRAK: Salah  satu  tugas  perkembangan  pada  remaja  adalah  mencari  identitas  dirinya.  Pembentukan identitas berdasar atas eksplorasi terhadap berbagai pilihan untuk membuat komitmen terhadap pilihan  tersebut.  Eksplorasi  yang  dilakukan  remaja  dalam  usahanya mencari  identitas  yang  tepat bagi  dirinya  akan  memberikan  pengalaman  berharga  bagi  remaja,  sehingga  dapat mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan dalam menghadapi isu-isu etis. Seseorang yang  memiliki  pencapaian  identitas  diri  akan  memiliki  penalaran moral  pada  tahap  yang  lebih tinggi dibanding seseorang yang masih mengalami kebingungan identitas.
Penelitian  ini  adalah  penelitian  kuantitatif  yang  bertujuan  untuk  mengetahui  perbedaan  tingkat perkembangan  penalaran  moral  ditinjau  dari  status  identitas. Populasi  penelitian  adalah mahasiswa Fakultas  Hukum  Universitas  Sebelas  Maret  angkatan  2012  yang  masih  tergolong remaja,  sejumlah  390  mahasiswa.  Sampel  penelitian  ini  adalah  mahasiswa Fakultas Hukum  UNS angkatan  2012  sejumlah  60  orang. Pengambilan  sampel menggunakan  teknik incidental  quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala status identitas yang diadaptasi skala EOM-EIS II (Adams, 1998) sejumlah 43 aitem dengan nilai α untuk subskala achievement = 0,824, nilai α untuk subskala moratorium = 0,740,  nilai α untuk  subskala foreclosure = 0,820,  nilai α untuk  subskala diffusion = 0,660, serta  skala  penalaran  moral yang  diadaptasi  dari  MJT  (Lind,  1999)  sejumlah  24 aitem yang telah diuji coba terlebih dahulu.
Analisis data menggunakan teknik analisis Kruskal-Wallis, diperoleh asymp.sig sebesar 0,673 > 0,05 dan  nilai chi-square sebesar  3,173  < chi-square tabel  11,07.  Hal  ini  berarti  tidak  ada  perbedaan tingkat  perkembangan  penalaran  moral  ditinjau  dari  status  identitas  pada  mahasiswa Fakultas Hukum  UNS  angkatan  2012.  Hal-hal  yang  mempengaruhi  tidak  signifikannya  penelitian  ini  adalah karena  sebagian  besar  subjek  berada  pada transition dan low-profile  identity  status,  sehingga mereka menggunakan alternatif sistem etis selain penalaran moral Kohlberg. Selain itu faktor usia dan pencapaian pendidikan  subjek yang relatif sama mempengaruhi pencapaian penalaran moral pada responden.
Kata kunci: penalaran moral, status identitas, mahasiswa
Penulis: Oktavia Ruthdian Setiawati, Hardjono, Nugraha Arif Karyanta
Kode Jurnal: jppsikologisosialdd150002

Artikel Terkait :