TRANSENDENSI DIRI PADA PENCETUS TARI CALENGSAI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Abstrak: Manusia membentuk
budaya agar dapat
bertahan hidup dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Menurut Soemardjan (Hardowiyono,
2008) budaya merupakan
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.Wilayah Banyumas terdiri dari
etnis Jawa Banyumasan, dan etnis Tionghoa.
Namun, keberagaman etnis
menimbulkan kesenjangan sosial
pada penduduk asli Banyumas,
hal ini disebabkan
karena perbedaan perlakuan
sejak jaman Belanda. Seorang
Pamong Budaya di Wilayah Kecamatan Purwokerto Timur membuat tari Calengsai, sebagai bentuk akulturasi budaya. Tari
Calengsai terdiri dari Lengger, Calung, dan Barongsai yang merupakan kesenian
di Wilayah Banyumas, pembuatan tari Calengsai ini untuk
mengurangi konflik antar
etnis. Menurut Maslow
(Wilcox, 2006) manusia transendensi telah
memiliki makna dalam
hidup, sehingga memiliki
tujuan hidup. Transendensi diri
merupakan cabang dari
psikologi transpersonal, untuk
mencapai transendensi diri salah
satu caranya adalah
melalui meditasi transendental, mengalami pengalaman puncak,
dan juga pengalaman
kesadaran. Pada penelitian
melihat bagaimana transendensi diri
pada pencetus Tari
Calengsai. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif,
dengan pendekatan etnografi
untuk melihat makna
subjektif dari interpretasi perilaku,
baik perilaku yang
tampak maupun tidak
tampak. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi.
Teknik analisis menggunakan analisis
domain, Analisis taksonomi,
Analisis komponen, dan analisis
tema. Teknik pemeriksa
keabsahan data menggunakan
teknik trianggulasi pengumpulan data.
Hasil penelitian menyebutkan
SR memiliki ciri -ciri
manusia transendensi sesuai dengan
teori transendensi Maslow.
Selain itu juga
dalam penelitian menyebutkan bahwa
bentuk akulturasi budaya
tari Calengsai tidak
dapat terjadi apabila wilayah Banyumas masih menjunjung
tinggi paham kedaerahan, sehingga bentuk resolusi konflik berupa tari Calengsai
yang diciptakan SR untuk mengurangi potensi konflik sosial seperti kesenjangan
sosial cukup efektif.
Penulis: Nia Anggri Noveni
Kode Jurnal: jppsikologikepribadiandd080016