OPERASI SEROJA 1975-1978 DI TIMOR TIMUR: KAJIAN TENTANG ABRI-AD
Abstrak: Operasi Seroja
dilancarkan karena ketakutan negara-negara penganut ideologi liberalis akan
efek domino dari pengaruh komunisme di Asia. Maka dari itu dilancarkan Operasi
Seroja sebagai kelanjutan dari Operasi Komodo. Penelitian ini bertujuan untuk
merekonstruksi keterlibatan negaranegara asing yang mempunyai kepentingan atas
proses integrasi Timor Timur melalui Operasi Seroja, yaitu Amerika Serikat atas
kepentingan politik, dan Australia karena kepentingan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis dengan mengikuti tahap
heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan penulisan. Sumber primer diperoleh
dengan studi arsip di Museum Mandala Bhakti Semarang dan Dinas Sejarah Angkatan
Darat Bandung. Sumber tersebut dilengkapi dengan sejarah lisan. Sumber yang
diperoleh kemudian diinterpretasi untuk memperoleh fakta-fakta sejarah.
Fakta-fakta sejarah tersebut kemudian dirangkai menjadi kisah sebagai bentuk
rekonstruksi dalam Operasi Seroja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Operasi Seroja muncul sebagai
akibat dari situasi politik global, terutama adanya persaingan faham komunis
dan liberal. Indonesia sebagai negara anti komunis menaruh perhatian pada Timor
Timur dan berusaha untuk mengeliminasi pengaruh komunis supaya tidak merembet
ke Indonesia. Oleh karenanya Indonesia membantu beberapa partai untuk
mengintegrasikan Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia melalui Operasi
Seroja. Satu per satu wilayah Timor Timur dapat dibebaskan dari pengaruh
Fretilin. Operasi ini ditandai dengan serbuan ke kota Dili melalui udara dan
laut oleh pasukan Lintas Udara dan Marinir pada tanggal 7 Desember 1975.
Serbuan lain dilakukan di Baucau pada tanggal 10 Desember 1975. Kekuatan
Fretilin berhasil dicerai-beraikan oleh pasukan gabungan ABRI menjadi kekuatan
dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Kota-kota yang mempunyai nilai strategis
militer dapat dikuasai oleh pasukan gabungan ABRI hingga dapat tercapai
integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Indonesia, tetapi operasi tetap
berlanjut sampai kekuatan Gerakan Pengacau Keamanan Fretilin lumpuh. Pembebasan
ini memakan korban dikedua belah pihak, diantaranya adalah ABRI, anggota
anggota partai politik, maupun masyarakat sipil Timor Timur. Di samping itu,
Indonesia juga mendapat kecaman atas pembebasan pada tanggal 7 Desember 1975
tersebut. Pembebasan ini sempat menyeret Indonesia dalam forum PBB dengan
didukung oleh negara-negara yang mengecam integrasi Timor Timur ke dalam
wilayah Indonesia.
Penulis: ETRI RATNASARI
Kode Jurnal: jpsejarah&umumdd150079