PERPINDAHAN IBU KOTA MATARAM DARI KOTAGEDE KE PLERET MASA PEMERINTAHAN SUSUHUNAN AMANGKURAT I
Abstrak: Akhir pemerintahan
Sultan Agung Hanyakrakusuma dan awal pemerintahan Susuhunan Amangkurat I
Ibukota Mataram dipindahkan dari Kotagede ke Pleret. Pemilihan suatu daerah
menjadi Ibukota pada umumnya didasarkan atas pertimbangan letak yang strategis
sehingga menguntungkan baik secara politis, ekonomis, dan juga pertahanan
keamanan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui latar belakang
berpindahnya Mataram dari Kotagede ke Pleret.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah kritis. (1) Heuristik
yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau yang dikenal sebagai
data-data sejarah, khususnya yang berhubungan dengan Mataram dan perpindahan
pusat pemerintahannya ke Pleret. (2) Kritik sumber yaitu kegiatan meneliti
keaslian dan kebenaran sumber-sumber sejarah baik bentuk maupun isinya. (3)
Interpretasi yaitu mencari keterkaitan makna yang berhubungan antara
fakta-fakta yang telah diperoleh sehingga lebih bermakna. (4) Historiografi
yaitu penyampaian sintesis dalam bentuk karya sejarah mengenai perpindahan
pusat pemerintahan Mataram dari Kotagede ke Pleret.
Perpindahan Ibukota dari Kotagede ke Pleret dilatarbelakangi oleh
beberapa faktor, yaitu dari sisi politik adalah peristiwa politik pada akhir
abad 16 dan awal abad 17 yang cenderung memanas akibat perebutan hegemoni pasca
runtuhnya Pajang. Sisi Ekonomi, lokasi Pleret terdapat banyak aliran-aliran
sungai permanen yang berhulu di Gunung Merapi sehingga wilayah tersebut sangat
potensial untuk digunakan sebagai daerah pertanian yang menjadi komoditi utama
Mataram. Sisi pertahanan dan keamanan, lokasi yang berada jauh di pedalaman
pulau, dikelilingi oleh pegunungan dengan akses terbatas, dan aliran-aliran
sungai yang memotong jalur akses menuju wilayah pusat Mataram ini menjadi
sangat menguntungkan Mataram.
Penulis: BAYU ARDIKA S
Kode Jurnal: jpsejarah&umumdd150029