PERTEMPURAN SIDOBUNDER di KEBUMEN TAHUN 1947
Abstrak: Penelitian ini
bertujuan untuk merekam dan mendokumentasikan peristiwa-peristiwa kesejarahan
di tingkat lokal serta sebagai bahan masukkan dalam usaha merekonstruksi
peristiwa-peristiwa di daerah (lokal), dalam hubungannya dengan sejarah
nasional dan juga sebagai informasi bagi siapa saja yang mencintai sejarah,
pemerhati sejarah, dan masyarakat pada umumnya mengingatbanyak sekali
peristiwa-peristiwa lokal selama Perang Kemerdekaan Indonesia yang tidak
diketahui banyak orang, salah satunya adalah peristiwa Pertempuran Sidobunder
yang terjadi di Kebumen. Peristiwa ini tercatat sebagai salahsatu pengalaman
kontak senjata antara TP dengan Belanda yang banyak meminta korban, baik dari
pihak militer maupun masyarakat sipil. Penelitian ini menggunakan metode sejarah
yang terdiri dari empat tahap, Pertama, heuristic yang merupakan proses
pengumpulan sumber-sumber sejarah yang relevan terhadap topik sejarah. Kedua,
kritik sumber, merupakan tahap pengkajian terhadap otentisitas dan kredibilitas
sumber-sumber yang diperoleh yaitu dari segi fisik dan isi sumber. Ketiga,
interpretasi merupakan proses mencarai keterkaitan makna yang berhubungan
antara fakta-fakta yang telah diperoleh sehingga lebih bermakna. Keempat,
historiografi atau penulisan yaitu penyampaian sintesis dalam bentuk karya
ilmiah.
Tindakan Belanda yang semena-mena di berbagai daerah menimbulkan
kemarahan rakyat, sehingga mereka selalu siap menghadapi
kemungkinan-kemungkinan, begitu juga di wilayah Kebumen. Daerah Sidobunder
berada di front pertahanan Karanganyar, merupakan salah satu daerah terdepan
atau lebih dikenal dengan pertahanan lini pertama wilayah RI setelah Gombong
dapat dikuasai Belanda, sehingga mau tidak mau wilayah ini harus dipertahankan,
meskipun sebenarnya wilayah Sidobunder ini sendiri sangat tidak menguntungkan.
Sidobunder daerahnya luas dan terbuka, sehingga gerakan pasukan Tentara Pelajar
terlihat oleh Belanda. Sementara itu selain persenjataan yang terbatas
pengalaman mereka dalam bertempur masih kurang, apalagi pengalaman terkepung. Pasukan
Tentara Pelajar yang bertugas di Sidobunder saat penyerangan juga belum sempat
mengenal medan dengan baik, sehingga dalam keadaan panic dan mendapat serangan
tiba-tiba, memaksa mereka bertempur secara individual dan menimbulkan banyak
korban.
Penulis: TUTI RAHAYU
Kode Jurnal: jpsejarah&umumdd140221