Resiliensi pada Wanita setelah Kehilangan Pasangan akibat Sudden Death
Abstrak: Kematian pasangan
secara tiba-tiba merupakan
kematian yang terjadi
tanpa peringatan apapun dan tak
terduga sebelumnya. Kematian tersebut berpotensi menimbulkan tekanan dan trauma
yang besar, terutama bagi wanita yang berusia
di bawah 65 tahun. Terlebih lagi, jika ia masih memiliki anak yang belum
bekerja/menikah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses
resiliensi pada wanita
setelah kehilangan pasangan
akibat sudden death. Resiliensi merupakan
kemampuan seseorang untuk
menghadapi situasi penuh
tekanan hingga mencapai keseimbangan,
disertai dengan peningkatan
kondisi diri, kemampuan,
dan fungsi-fungsi diri sebagai respon atas peristiwa yang merugikan.
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, dengan menggunakan
wawancara sebagai metode
penggalian data, baik terhadap partisipan maupun significant
others. Prosedur pemilihan partisipan menggunakan metode snowball sampling,
yaitu dengan bertanya kepada orang-orang sekitar penulis apakah mereka memiliki
teman atau kerabat
yang memenuhi kriteria
yang ditentukan. Partisipan dalam penelitian
ini berjumlah tiga
orang dengan kriteria
wanita berusia <65
tahun, telah menjadi janda
selama minimal 3
tahun, kematian suami
tergolong dalam peristiwa
sudden death, memiliki minimal
satu orang anak
yang masih menjadi
tanggungan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat beberapa
hal yang dihadapi wanita setelah menjadi janda, yaitu penurunan kondisi fisik,
pandangan negatif masyarakat sekitar atas statusnya sebagai seorang janda,
kebutuhan akan sosok pasangan, masalah finansial, serta kepengasuhan anak.
Untuk menghadapi
kesulitan-kesulitan
tersebut, proses resiliensi
ditunjang dengan adanya
support system, religiusitas, dan personality traits.
Penulis: Putri Puspita Sari, I
Sanny Prakosa Wardhana
Kode Jurnal: jppsikologiklinisdd150009