TUNTUTAN PUBLIK ISLAM DI TINGKAT DOMESTIK PADA MASA PEMERINTAHAN SBY (2004-2009) TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA ATAS KASUS NUKLIR IRAN

Abstrak: Keberadaan era reformasi di Indonesia memberikan ruang kepada public untuk berpartisipasi pada proses pengambilan kebijakan pada tingkat domestic. Era reformasi menandai kekuatan civil society di Indonesia sebagai pengimbang dan pengontrol kekuatan negate. Gerakan civil society di Indonesia tidak bias dilepaskan dari Islam karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim. Hal ini membuat isu tentang Islam menjadi sensitive terutaama pada pemerintahan SBY (2004-2009) dan ketika isu nuklir Iran muncul. Kebijakan luar negeri Indonesia atas kasus nuklir Iran tidak bias dilepaskan dari perhatian public Islam di Indonesia dan kebijakan luar negeri tidak bias dilepaskan dari politik domestic. Menurut David Easton, politik pada tingkat domestic selalu berpengaruh pada input baik berupa tuntutan maupun dukungan. Pada alas an itulah pemerintah mengubah kebijakan terkait dengan isu nuklir Iran yang pada awalnya menyetujui resolusi PBB no 1747 menjadi abstain pada resolusi 1803. Sejak saat itu, tuntutan masyakat Islam di tingkat domestic menjadi perhatian pemerintah.
Kata kunci: civil society, kebijakan luar negeri, Iran, resolusi PBB
Penulis: Inggried Christhiansend Purnomo Putri
Kode Jurnal: jphubintdd110019

Artikel Terkait :