ANALISIS FRAMING SOSOK GUSTI KANJENG RATU PEMBAYUN DALAM MAJALAH DIGITAL DETIK EDISI 182

ABSTRACT: Untuk pertama kalinya seorang perempuan di Keraton Yogyakarta mendapat gelar “Mangkubumi” (sebuah gelar bagi kaum pria yang akan menjadi penerus tahta kesultanan). Polemik mulai muncul, mengingat dalam tatanan patriarki yang dianut dalam budaya Jawa tidak memungkinkan seorang perempuan memegang jabatan sebagai sultan.  Dengan stereotip mengenai ketidakmampuan perempuan memegang jabatan publik, media massa hadir sebagai salah satu agen dalam mengukuhkan pandangan – pandangan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana media massa membingkai sosok Gusti Kanjeng Ratu Pembayun dalam pemberitaan yang dilakukan oleh Majalah Digital Detik edisi 182. Dengan menggunakan model framing Pan-Kosicki serta teknik analisis deskriptif, peneliti menemukan adanya stereotip gender pada berita – berita tentang sosok Pembayun yakni feminin, emosional, dependen, domestik dan inkompeten di ranah publik. 
Kata kunci: Pemberitaan, Gusti Kanjeng Ratu Pembayun, Majalah Digital Detik, Analisis Framing, Pan-Kosicki
Penulis: Thomas Benmetan
Kode Jurnal: jpkomunikasidd160455

Artikel Terkait :