DINAMIKA KELEMBAGAAN PERTANIAN ORGANIK MENUJU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Abstract: Perkembangan
pertanian organik cukup signifikan baik di level lokal, nasional, regional,
maupun global dalam dua dekade terakhir ini dan organic farming has matured
enough to offer lesson. Pada prosesnya, perkembangan tersebut diwarnai oleh
beragam konflik baik internal maupun eksternal berupa konflik kepentingan,
konflik data, konflik sumber daya, maupun konflik struktural. Produk dari
beragam konflik diantara aktor-aktor yang terkait tersebut, pada akhirnya
membentuk aturan-aturan kelembagaan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
mekanisme yang dilakukan para aktor yang terlibat dalam pertanian organik dalam
melakukan manajemen konflik dengan menempatkan komunitas sebagai aktor penting.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis yang berupaya untuk memahami
konstruksi makna manajemen konflik dari berbagai aktor. Penelitian dilakukan di
tiga lokasi yaitu Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat, Kabupaten Boyolali Jawa
Tengah, dan Kabupaten Malang Jawa Timur. Model manajemen konflik yang telah
dibangun oleh kelembagaan pertanian organik di Tasikmalaya, Boyolali, dan
Malang menjadi pembelajaran bagi lokasi pertanian padi sawah lainnya yang
berpotensi menjadi lokasi pengembangan padi organik. Pada fase pengembangan
sementara ini, kelembagaan pertanian organik yang berhasil dibangun didorong
untuk menjamin ketahanan pangan dimana produksi bukan hanya diorientasikan
untuk memenuhi permintaan ekspor namun juga dapat memenuhi kebutuhan pangan
organik di tingkat lokal dan nasional.
Penulis: Hana Indriana, Rilus
A Kinseng, Galuh Adriana
Kode Jurnal: jpsosiologidd160174