DINAMIKA NILAI GOTONG ROYONG DALAM PRANATA SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN: STUDI KASUS MASYARAKAT BULUTUI DAN PULAU NAIN, SULAWESI UTARA

Abstrak: Dalam lingkungan masyarakat nelayan yang berada di bekas tempat persinggahan (Daseng), nilai gotong royong terkait erat dengan alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap merupakan produk budaya dari komunitas yang merefleksikan pola kerja sama, solidaritas, serta sikap hidup dari penggunanya. Penggunaan alat tangkap yang bersifat individual menyebabkan sikap individualisme penduduk relatif tinggi, sehingga berimbas pada kehidupan sosial mereka, termasuk solidaritas dan sikap gotong royong yang cenderung rendah. Seiring dengan perubahan alat tangkap yang digunakan, dari individual ke komunal, nilai gotong royong mulai diperkenalkan. Namun, hal itu hanya terinternalisasi dalam pembagian kerja di antara mereka. Dalam kehidupan sosial, mereka membentuk pranata sosial baru guna mewadahi kegiatan gotong royong di antara warga masyarakat. Di tengah kondisi sosial seperti itu, pengenalan koperasi yang mensyaratkan kohesi sosial yang kuat bisa jadi terlalu prematur karena keberadaan pranata sosial tersebut cenderung dijadikan instrumen oleh elit lokal untuk mengekploitasi mereka. Dengan kondisi seperti ini, tampaknya diperlukan format pranata sosial baru yang sesuai dengan kondisi sosial yang ada. Dalam konteks ini, orientasi terhadap kebutuhan masyarakat setempat harus menjadi titik awal pembangunan kelembagaan di lingkungan mereka.
Kata kunci: alat tangkap, gotong royong, pranata sosial
Penulis: Dede Wardiat
Kode Jurnal: jpantropologidd160066

Artikel Terkait :