ISLAM DAN LINGKUNGAN
Abstrak: Realitas keberagamaan
seringkali dipahami secara parsial dan kaku. Agama kerap terpinggirkan dalam
dinamika perubahan zaman. Kemajuan tekhnologi seakan menerabas batas-batas
etika dan moralitas agama. Bahkan agama dianggap sebagai anathema terhadap
akselerasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi itu. Ternyata perspektif humanis
dalam bangunan peradaban manusia mengalamai kebuntuan. Pandangan
antroposentris, tidak saja terjebak dalam keakuannya, bahkan seringkali
menimbulkan malapetaka terhadap keberlangsungan peradaban itu sendiri. Alam
sebagai sumber daya ekonomi, digunakan untuk kepentingan manusia tanpa didasari
oleh nilai-nilai dan moral agama. Alam seakan dipahami sebagai sesuatu yang
removable, mampu menetralisir dirinya sendiri, sehingga pengurasan yang
berlebihan terhadap alam untuk kepentingan ekonomi dan teknologi dianggap
sesuatu yang sah dan manusiawi. idajnem gnay aynhuggnuses ini nagnadnaPﹴmalapetaka terhadap
peristiwa-peristiwa alam yang hingga kini sulit untuk diatasi. Agaknya penting
merekonstruksi pemahaman yang berwawasan antroposentris terhadap alam dengan
pemahaman yang teosentris dengan meletakkan segala sesuatu sebagai bagian
integral dari moralitas agama, sehingga alam dan ekosistemnya berproses secara
seimbang dan tidak menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan. Perspektif ini
sebenarnya juga mengacu pada kepentingan manusia yang dalam Islam disebut
al-Maslahah (human welfare), akan tetapi kepentingan yang didasarkan pada
moralitas agama bukan antroposentris.
Penulis: Abrar
Kode Jurnal: jpsosiologidd120263