KESENJANGAN UPAH ANTAR JENDER DI INDONESIA: GLASS CEILING ATAU STICKY FLOOR?

Abstrak: Tulisan ini melihat kesenjangan upah antar jender di Indonesia  tahun  2008-2012.  Selain  melihat kesenjangan upah pada tingkat rata-rata, penelitian ini juga akan melihat kesenjangan upah di kuantil yang berbeda dari distribusi upah, sehingga dapat diketahui apakah kesenjangan upah melebar di bagian atas distribusi upah (diindikasi “glass ceiling”) atau melebar di bagian bawah distribusi upah (“sticky floor”). Penelitian ini menggunakan data Sakernas 2008-2012 untuk mengestimasi persamaan upah laki- laki dan perempuan menggunakan OLS standar. Metode  dekomposisi  Oaxaca-Blinder  (1973) digunakan untuk menentukan besarnya rata-rata kesenjangan upah menurut jender yang disebabkan oleh faktor karakteristik (explained effect) dan faktor diskriminasi (unexplained effect). Sedangkan untuk menentukan kesenjangan upah menurut jender di kuantil  yang  berbeda  dari  distribusi  upah menggunakan  regresi  kuantil  dan  menerapkan dekomposisi Machado-Mata (2005). Penelitian ini menemukan bahwa kesenjangan upah menurut jendermasih didominasi oleh faktor yang tidak dapat dijelaskan (unexplained) dan diindikasikan sebagai diskriminasi, baik pada tingkat rata-rata maupun di setiap kuantil dalam distribusi upah. Penelitian ini juga menemukan adanya bukti lantai lengket (sticky floor) di Indonesia.
Kata Kunci: Dekomposisi Upah, Diskriminasi Upah, Regresi Kuantil, Glass Ceiling, Sticky Floor
Penulis: Hennigusnia
Kode Jurnal: jpsosiologidd140545

Artikel Terkait :