NILAI MANFAAT HUTAN MANGROVE DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONVERSI ZONA SABUK HIJAU (GREENBELT) MENJADI TAMBAK DI WILAYAH PESISIR KOTA SINGKAWANG KALIMANTAN BARAT

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengkaji kondisi dan potensi ekosistem mangrove di Pesisir Kota Singkawang, (2) Menganalisis apa akar penyebab terjadinya alih fungsi Zona Sabuk Hijau (Greenbelt) Hutan mangrove menjadi tambak di Pesisir Kota Singkawang. (3) Menentukan alternatif pengelolaan kawasan mangrove yang berkelanjutan di Pesisir Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, Focus Group Discussion (FGD) dan teknik wawancara secara mendalam (depth interview). Metode survey digunakan untuk pengambilan data mengenai ekosistem mangrove, data fisik dan kimiawi perairan. Metode Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara digunakan untuk pengambilan data tentang sosial, budaya, ekonomi masyarakat dan pandangan masyarakat terhadap  pengelolaan ekosistem mangrove. Faktor penyebab utama konversi Zona Sabuk Hijau (Greenbelt) ekosistem mangrove menjadi tambak diwilayah pesisir Kota Singkawang adalah (1) Tingginya kebutuhan ekonomi dan kurangnya kesadaran kepentingan ekologis serta kepedulian masyarakat akan dampak lingkungan, (2) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya  penetapan Zona Sabuk Hijau (Green Belt) mangrove untuk kelestarian lingkungan. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya perusakan hutan mangrove  oleh masyarakat pesisir Kota Singkawang yang tentunya akan berdampak pada masa yang akan datang. Kemudian rendahnya kesadaran masyarakat tentang konversi dan fungsi ekosistem mangrove. (3) Berdasarkan Parameter fisik lingkungan mangrove  yang di amati terdiri dari Suhu Air, Kekeruhan/Turbiditas, Kecerahan Perairan Laut, dan Gelombang, untuk variabel kimiawi lingkungan mangrove yang diamati adalah Salinitas, Derajat Keasaman (pH air), Oksigen Terlarut (DO), dan Kandungan Unsur Hara (Nutrient) di wilayah pesisir Kota Singkawang yang mana kondisi fisik kimiawi ekosistem mangrove sangat baik dan sangat dimungkinkan untuk budidaya tambak udang, Reklamasi seperti ini telah memusnakan ekosistem mangrove dan juga mengakibatkan efek – efek yang negatif terhadap perikanan di perairan pantai pesisir Kota Singkawang. Selain itu kehadiran saluran-saluran drainase mengubah sistem hidrologi air tawar di daerah mangrove yang masih utuh yang terletak kearah laut menjadi tidak berfungsi dan hal ini mengakibatkan dampak negatif. Hal ini ditunjang dari pandangan masyarakat terhadap pengelolaan ekosistem mangrove yang hanya sebesar 49.1%, artinya masyarakat masih memandang pengelolaan Ekosistem Mangrove di Pesisir Kota Singkawang selama ini berjalan kurang baik. Alternatif solusi untuk mengatasi pemasalahan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Pesisir Kota Singkawang adalah dengan memperbaiki dan memperkuat struktur kelembagaan agar lebih efektif sehingga menghasilkan performance yang lebih baik. Hal ini dilakukan dengan cara: (1) Batas (zonasi) Sabuk hijau (Greenbelt) sebagai areal yang dilindungi sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Kehutanan No. KB 550/264/Kpts/4/1984 dan No. 082/Kpts-II/1984 tanggal 30 April 1984 yang di antaranya menyebutkan bahwa lebar sabuk hijau hutan mangrove adalah 200 m. Surat Keputusan Bersama ini selanjutnya dijabarkan oleh Departemen Kehutanan dengan mengeluarkan Surat Edaran No. 507/IV-BPHH/1990 yang di antaranya berisi penentuan lebar sabuk hijau pada hutan mangrove, yaitu selebar 200 m di sepanjang pantai, sehingga tidak ada hak/lahan masyarakat yang masuk ke dalam kawasan Zona Sabuk hijau (Greenbelt) hutan lindung mangrove; (2) memberikan akses terbatas kepada masyarakat untuk tetap dapat mengusahakan budidaya tambak udang sistem silvofishery (80% : 20%) dengan aturan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang dituangkan dalam kesepakatan konservasi (kontrak sosial) diluar 200 m kawasan Zona Sabuk hijau (Greenbelt) hutan lindung mangrove . Jenis mangrove yang ditanam hendak jenis yang cocok untuk daerah tersebut yaitu Avicennia alba dan Sonneratia alba.
Kata Kunci: Ekosistem mangrove, Sabuk Hijau (Green Belt), degradasi, strategi pengelolaan
Penulis: Slamet Jumaedi
Kode Jurnal: jpsosiologidd160187

Artikel Terkait :