POLA KOMUNIKASI KESEHATAN MASYARAKAT PEDESAAN DI JAWA TIMUR
Abstrak: Pemahaman dan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan di pedesaan Jawa Timur masih rendah,
khususnya kesehatan jamban/kakus. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah fasilitas
jamban/kakus tidak sehat (unimproved) yang masih banyak. Pemerintah Daerah
melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas sudah melakukan berbagai strategi
komunikasi untuk menyampaikan pesan kesehatan. Promosi kesehatan ini dilakukan
oleh petugas Puskesmas melalui komunikasi antar personal, komunikasi kelompok
dan komunikasi massa. Penelitian tentang pola komunikasi ini dapat dijadikan
dasar bagi institusi kesehatan (Dinkes/Puskesmas) untuk menyampaikan pesan
kesehatan agar lebih efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pola komunikasi kesehatan masyarakat pedesaan di Jawa Timur. Teori yang
digunakan adalah teori komunikasi kesehatan. Metode penelitian yang digunakan
adalah studi kasus eksploratif dengan paradigma konstruktivisme (constructivism
paradigm). Paradigma dan metode ini digunakan untuk menemukan pemahaman
individu atas realitas sosial yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari
(socially meaningful action). Temuan penelitian menunjukkan bahwa pola
komunikasi antar personal petugas Puskesmas dengan penduduk biasanya dilakukan
di rumah, Posyandu dan PKK. Pola komunikasi kelompok dilakukan petugas
Puskesmas dengan penduduk di pertemuan PKK, Posyandu, pengajian, tahlilan,
istighasah dan warung kopi. Pola komunikasi massa lebih banyak dilakukan
melalui media radio, poster, pamflet, brosur, leaflet, buku dan media
pertunjukkan tradisional (ludruk dan tayub). Kesimpulan penelitian adalah
Dinkes/Puskesmas bisa menggunakan pola komunikasi secara terpisah, tapi bisa
juga semua pola komunikasi diintegrasikan untuk menyampaikan pesan kesehatan.
Penulis: Tatag Handaka, Dessy
Trisilowaty, Hetti Mulyaningsih
Kode Jurnal: jpsosiologidd160204