Studi Kasus Proses Pencapaian Kebahagiaan pada Ibu yang Memiliki Anak Kandung Penyandang Asperger’s Syndrome
Abstract: Kebahagiaan
menjadi salah satu tujuan hidup bagi mayoritas individu yang bisa dicapai
dengan membentuk persepsi positif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam
kehidupan. Kebahagiaan harus diperjuangkan pencapaiannya, sekalipun kenyataan
yang terjadi seringkali diluar harapan individu. Memiliki anak penyandang
gangguan perkembangan seperti Asperger’s Syndrome dapat menjadi sebuah tragic
event bagi individu, khususnya ibu. Ibu sebagai seorang individu berhak untuk
merasakan kebahagiaan di dalam diri dan hidupnya sekalipun memiliki anak
penyandang Asperger’s Syndrome. Ada serangkaian proses yang dilalui seorang ibu
sejak menerima diagnosis gangguan Asperger’s Syndrome pada anak hingga akhirnya
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pencapaian kebahagiaan
pada ibu yang memiliki anak kandung penyandang Asperger’s Syndrome. Penelitian
menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus yang diharapkan dapat
menggali fokus penelitian secara mendalam. Subjek dalam penelitian ini adalah
seorang wanita berusia 18-40 tahun yang memiliki anak terdiagnosis Asperger’s
Syndrome. Metode penelitian yang digunakan adalah riwayat hidup, wawancara,
observasi, The Childhood Autism Rating Scale (CARS), dan Australian Scale for
Asperger’s Syndrome (ASAP).
Hasil penelitian menggambarkan adanya serangkaian proses pencapaian
kebahagiaan yang dilalui ibu dari anak Asperger’s Syndrome. Diagnosis gangguan
Asperger’s Syndrome yang terjadi pada anak pertama menjadi sebuah peristiwa
tragis dalam kehidupan subjek. Subjek merasa tidak siap menerima kenyataan
tentang diagnosis gangguan tersebut dan membuatnya sangat menyesali keadaan,
banyak menuntut anak untuk tumbuh seperti anak lain, hingga akhirnya subjek
kehilangan makna hidupnya. Kelahiran anak kedua subjek, menjadi sebuah momentum
yang menyadarkan subjek ditengah keterpurukannya bahwa anak pertamanya memiliki
potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik sekalipun memiliki
gangguan perkembangan. Momentum ini memacu subjek untuk segera bangkit dari
kondisi terpuruk. Subjek berusaha memahami gangguan anak lebih dalam untuk
membekali diri dalam upaya memfasilitasi dan membantu anak untuk berkembang
optimal
Subjek memiliki komitmen kuat dalam diri untuk terus berjuang mengasuh
anak. Aktivitas yang dilakukan subjek saat ini selalu berorientasi pada
kesembuhan anak. Subjek menilai kenyataan gangguan Asperger’s Syndrome pada
anak sebagai ujian sekaligus berkah. Makna kebahagiaan menurut subjek adalah
mensyukuri segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya, termasuk memiliki anak
penyandang Asperger’s Syndrome.
Penulis: Kiki Dwi Maharani,
Suci Murti Karini, Rin Widya Agustin
Kode Jurnal: jppsikologiperkembangan150060