SRIMPI PANDELORI : Pengembangan Budi Pekerti Melalui Budaya Lokal Tari Klasik Gaya Yogyakarta
ABSTRACT: Srimpi Pandelori,
salah satu tari klasik gaya yogyakarta yang diciptakan pada masa pemerintahan
HB VII. Tari yang menggambarkan peperangan yang tak kunjung habis serta tidak
adanya kemenangan atau kekelahan tersebut diambil dari petilan cerita menak.
Jumlah penari dalam setiap peyajiannya adalah 4 orang. Bilangan 4 yang dianggap
memiliki kekuatan alam tersebut digambarkan sama kuatnya sehingga kehidupan di
dunia ini selaras dan seimbang. Penggambaran cerita dalam tari tersebut
dilukiskan dalam tatanan gerak yang tersusun dari kapang-kapang maju gawang
hingga kapang-kapang mundur gawang. Susunan gerak yang syarat akan makna filosofis
diduga memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai contoh dalam penanaman
budi pekerti bangsa. Penulis menekankan pada makna filofosis secara menyeluruh
dalam tatanan ragam gerak tarian tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah
menemukan nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam tata rakit ragam gerak
tari srimpi pandelori di Kasultanan Yogyakarta. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subyek penelitian adalah praktisi
seni, akademisi seni, serta pihak Kraton Yogyakarta. Adapun obyek dalam
penelitian ini adalah nilai budi pekerti yang terkandung dalam tata rakit ragam
gerak tari srimpi pandelori. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
meliputi wawancara, observasi serta analisis dokumen. Penyusunan tatarakit
ragam gerak tari tersebut merupakan bentuk transformasi dari alam sekitar dan
tingkah laku manusia. Dilihat dari jumlah penari dan susunan geraknya tari
tersebut mengajarkan manusia untuk menselaraskan empat unsur dalam kehidupan.
Empat unsur yang dimaksud adalah : 1) Agama, 2) Masyarakat, 3) Keluarga, 4)
Pendidikan dan Budi Pekerti.
Penulis: Ega Bagas Pratama,
Oktasya Kusuma Wardani, Dinar Anggraini, Dina Damayanti, Achmad Sidiq Asad
Kode Jurnal: sppendidikan170005