MODEL PEMANFAATAN WADUK WADASLINTANG UNTUK IRIGASI DAN NON IRIGASI

Abstract: Kondisi tampungan efektif pada Waduk Wadaslintang mengalami penurunan daritahun ke tahun. Pada awal operasinya tahun 1988 Waduk Wadaslintang memiliki tampunganefektif mencapai 408 juta m3. Namun, pada tahun 2008 tampungan efektifnya telah mengalami penurunan menjadi 388 juta m3. Dengan adanya penurunan tampungan efektif tersebut maka pemberian air irigasi maupun non irigasi semakin berkurang. Oleh karena itu,terjadi konflik dilapangan dalam pengaturan operasi pemberian air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keandalan Waduk Wadaslintang dalam pemenuhan kebutuhan irigasi dan non irigasi.
Penelitian ini mengambil lokasi didaerah irigasi Waduk Wadaslintang yang meliputi Daerah Irigasi Saluran Induk Wadaslintang Barat (SIWB) dan Daerah Irigasi Saluran Induk Wadaslintang Timur (SIWT) yang terdiri dari 11 DI untuk SIWB dan 13 DI untuk SIWT. Untuk kebutuhan air non irigasi (air minum) Kabupaten Purworejo mendapat alokasi / suplai air dari Waduk Wadaslintang sebesar 200 liter/detik atau sebesar 6.307.200 m³/thn. Teknikpengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data primer dan sekunder yangkemudian data diolah menggunakan metode tabulasi. Hasil dari perhitungan tersebut, dalamhal ini ketersediaan air dengan kebutuhan air dianalisis dan di simulasikan dalamOperasional Waduk.
Berdasarkan simulasi waduk yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa keandalanWaduk Wadaslintang pada tahun 2011 sebesar 100 %. Sedangkan pada tahun 2012 mengalami kegagalan dua kali yaitu pada bulan Nopember I dan II, kandalan wadukmengalami kegagalan sebesar 8 % , sehingga keandalan waduk mengalami penurunan menjadi 92%. Operasi Waduk Wadaslintang untuk keperluan suplesi Waduk Sempor pada bulan Maret sampai Juli I serta pada bulan Nopember perlu diperhatikan karena disamping tampungan efektif waduk mengalami fluktuasi penurunan juga Waduk Wadaslintang masih memberikan air irigasi. Pola pemberian air irigasi yang sekarang ada (menerus) telah mengalami kegagalan, maka dapat dilakukan dengan pola buka tutup atau giliran untukmemenuhi kebutuhan irigasi dan non irigasi.
Kata kunci: Kebutuhan Irigasi, Kebutuhan Non Irigasi, keandalan waduk
Penulis: Muhamad Taufik ST., MT, Agung Setiawan ST., MT
Kode Jurnal: jptsipildd160600

Artikel Terkait :