PENJADWALAN MESIN PADA POLA ALIRAN FLOW SHOP MULTI STAGE DENGAN SISTEM LELANG UNTUK MEMINIMASI WEIGHTED TARDINESS
ABSTRACT: Penelitian ini
dilakukan di perusahaan manufaktur yang memproduksi baja gulungan dan lembaran.
Baja gulungan ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan ukuran ketebalannya yaitu
lite dengan ukuran ketebalan ≤ 0,2 mm, medium dengan ukuran ketebalan 0,21 mm –
0,59 mm, dan heavy dengan ukuran ketebalan ≥ 0,6 mm. Dalam proses pembuatannya
baja gulungan ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu full hard yang diproses dengan
mesin CPL, CTCM, dan ECL, sedangkan jenis soft yang diproses dengan mesin CPL,
CTCM, ECL, BAF, dan TPM. Proses produksi baja gulungan ini membentuk pola
aliran flow shop multi stage, dimana setiap job akan melewati satu kali proses
dalam satu mesin untuk kemudian diproses di mesin berikutnya. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan penjadwalan dengan menggunakan metode sistem lelang
(auction based) untuk meminimasi weighted tardiness dan membandingkan jadwal
produksi usulan dengan jadwal existing di perusahaan. Model penjadwalan sistem
lelang dengan tujuan minimasi weighted tardiness yang dipakai adalah model
penjadwalan Ilhami (2010) dengan memodifikasi aturan list scheduling. Pada
penelitian ini metode SPT-F, SPT-B, LPT-F, dan LPT-B digunakan sebagai
perbandingan dengan hasil penjadwalan sistem lelang. Dari hasil penelitian
didapat nilai weighted tardiness penjadwalan dengan sistem lelang sebesar 24
dengan tardiness 16 hari, dengan metode SPT-F didapat weighted tardiness
sebesar 201 dengan tardiness 104 hari, dengan metode SPT-B didapat weighted
tardiness sebesar 129 dengan tardiness 20 hari, dengan metode LPT-F didapat
weighted tardiness sebesar 129 dengan tardiness 67 hari, dengan metode LPT-B
didapat weighted tardiness sebesar 45 dengan tardiness 25 hari, dan pada jadwal
existing perusahaan didapat weighted tardiness sebesar 153 dengan tardiness 88
hari. Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa penjadwalan sistem lelang adalah
yang paling baik karena memberikan nilai weighted tardiness paling kecil
diantara keenam penjadwalan yang telah dilakukan. Dengan urutan jadwal pada
mesin CPL adalah job 1 – job 2 – job 6 – job 4 – job 5 – job 3, pada mesin CTCM
adalah job 1 – job 2 – job 6 – job 4 – job 5 – job 3, pada mesin ECL1 adalah
job 1 – job 2 – job 4 – job 5, pada mesin ECL2 adalah job 6 – job 3, pada mesin
BAF job 6 – job 4 – job 5, dan pada mesin TPM adalah job 6 – job 4 – job 5.
Penulis: Roy Kinson, Muhammad
Adha Ilhami, Kulsum
Kode Jurnal: jptindustridd170035