PERANCANGAN SISTEM SCHEDULING JOB MENGGUNAKAN DRUM BUFFER ROPE UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN ORDER DAN MANUFACTURING LEAD TIME PADA BAGIAN MACHINING MPM DI PT DIRGANTARA INDONESIA
ABSTRACT: PT Dirgantara
Indonesia (DI) adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pesawat.
Salah satu bagian produksi di PT DI yaitu bagian Machining, Medium Perismatic
Machine (MPM), memiliki jumlah mesin terbanyak dan menerima order dengan jumlah
terbanyak terutama untuk program Airbus. Proses pada Machining terdiri atas
preoperation, main operation, dan next operation. Main operation yaitu di work center
Deckel Maho memiliki waktu proses terlama dibandingkan proses lainnya sehingga
terjadi bottleneck. Secara kapasitas Deckel Maho masih mampu memenuhi order
yang datang, namun sistem kerja pada preoperation masih berdasarkan utilitas
sehingga order release dilakukan tanpa melihat beban di Deckel Maho. Rata-rata
Manufacturing Lead Time (MLT) existing adalah 47,66 jam dan rata-rata queue
time di depan Deckel Maho adalah 24,47 jam. Masalah keterlambatan penyelesaian
order juga terjadi di MPM yang disebabkan oleh rule sequencing yang digunakan
adalah First Come First Served. Rule ini tidak sesuai dengan kondisi aktual di
shop floor. Dalam mencapai tujuan penyelesaian order yang tepat waktu dan
minimasi MLT, maka diusulkan penjadwalan dengan pendekatan metode drum buffer
rope, yaitu menjadwalkan stasiun bottleneck sebagai control point dan sumber
daya non bottleneck lainnya mengikuti penjadwalan stasiun bottleneck tersebut.
Aturan sequencing yang diusulkan adalah Earliest Due date sebagai prioritas
pertama untuk meminimasi jumlah order yang terlambat. Apabila terdapat due date
di quality control yang sama, maka pertimbangkan total time di Deckel Maho yang
terkecil untuk diprioritaskan dengan Shortest Processing Time untuk meminimasi
flow time. Apabila total time di Deckel Maho sama, maka pilih order secara
random. Setelah menggunakan drum buffer rope, MLT usulan menjadi 20,39 jam dan
queue time menjadi 2,71 jam. Order yang terlambat di bulan Februari pada
kondisi existing dengan rule sequencing FCFS adalah 5 order sedangkan pada
kondisi usulan tidak ada order yang terlambat.
Penulis: Rinda Rieswien, Pratya
Poeri Suryadhini, Widia Juliani
Kode Jurnal: jptindustridd140586