Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Awal Lima Klon Tebu (Saccharum oficinarum L.) Asal Bibit Mata Tunas Tunggal di Lahan Kering Alfisol
Abstract: Perluasan area
penanaman tebu saat ini dilakukan di lahan kering akibat persaingan dengan
komoditi lain di lahan sawah. Pemilihan klon tebu yang sesuai ditanam pada
lahan kering tertentu sangat penting, mengingat adanya perbedaan sifat genetik
klon tebu. Selain itu, penggunaan bibit mata tunas tunggal sebagai bahan tanam
juga mulai dikembangkan karena kemampuannya dalam pertumbuhan tunas,
pembentukan anakan yang serempak dan seragam, serta kemudahan dalam pengaturan
jarak tanam di lapangan yang dinilai mampu meningkatkan produktivitas tebu.
Informasi pengaturan jarak tanam dan pemilihan klon tebu sangat bermanfaat
untuk mendukung pertumbuhan tebu supaya lebih optimal khususnya di lahan kering
alfisol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak tanam optimal dan klon
terbaik pada sistem pindah tanam bibit tebu di lahan kering alfisol. Penelitian
menggunakan empat jarak tanam (30, 40, 60 dan 75 cm) dan lima klon tebu (PS881,
PS864, VMC, Kidang Kencana dan Bululawang). Penelitian dilaksanakan di desa
Bendungan, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunung Kidul, menggunakan Rancangan
Acak Kelompok Lengkap dengan empat blok sebagai ulangan. Data hasil pengamatan
dianalisis menggunakan analisis varian dengan uji lanjutan Uji Jarak Berganda Duncan
pada α=5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman tebu cenderung lebih baik
pada jarak tanam lebar dibandingkan jarak tanam rapat. Jarak tanam dalam baris
60 cm merupakan jarak yang paling optimal, sedangkan klon PS864 dinilai paling
baik untuk ditanam di lahan kering alfisol.
Penulis: Latiful Muttaqin
Kode Jurnal: jppertaniandd160413