APLIKASI DOSIS FERMENTASI PROBIOTIK BERBEDA PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA INTENSIF
Abstract: Aplikasi dosis
probiotik yang tepat menjadi satu di antara penentu utama dalam peningkatan
produksi udang di tambak, karena berkaitan dengan kemampuannya mengurai limbah
organik sisa pakan dan sisa metabolisme udang yang dibudidayakan. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dosis fermentasi probiotik yang
berbeda pada pertumbuhan, sintasan, produksi udang, nilai rasio konversi pakan,
dan kualitas air tambak budidaya intensif udang vaname di tambak. Enam unit
tambak masing-masing ukuran 4.000 m2 ditebari benur vaname PL-10 dengan padat
tebar 50 ekor/m2. Pakan diberikan dengan dosis 2,5%-100% dari total biomassa
udang dengan frekuensi 2–4 kali/hari selama pemeliharaan 105 hari. Tiga dosis
berbeda dari aplikasi fermentasi probiotik komersial dijadikan perlakuan, yaitu
A). 1 mg/L/minggu, B). 3 mg/L/minggu, dan C). 5 mg/L/minggu. Masing-masing
perlakuan dengan dua ulangan. Aplikasi fermentasi probiotik di tambak dilakukan
setiap minggu sekali dan dimulai seminggu sebelum tebar hingga mendekati waktu
panen. Sampling pertumbuhan dan kualitas air (amoniak, nitrit, nitrat, fosfat,
bahan organik total (BOT), klorofil-a, total bakteri Vibrio sp. dan total
bakteri) dilakukan setiap dua minggu sekali. Pengamatan fluktuasi oksigen
terlarut di air tambak selama 24 jam dilakukan pada hari ke-43, 60, dan 90.
Sintasan, produksi, dan nilai konversi pakan dihitung setelah udang dipanen.
Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan, maka data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis varian pola Rancangan Acak Lengkap, dan dilanjutkan dengan
uji BNT apabila terjadi perbedaan yang nyata. Berdasarkan hasil penelitian
nampak bahwa dosis 5 mg/L fermentasi probiotik, mampu menghasilkan sintasan
yang lebih baik dan juga efisien dalam pemanfaatan pakan, yang ditunjukkan
dengan nilai Rasio Konversi Pakan lebih rendah apabila dibandingkan dengan
nilai Rasio Konversi Pakan yang diperoleh pada dosis fermentasi probiotik 3 dan
1 mg/L, meskipun demikian ketiganya menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
(P>0,05). Konsentrasi oksigen terlarut pada bulan ke tiga pada perlakuan B
lebih rendah dan berbeda nyata (P<0,1) dengan konsentrasi oksigen terlarut
di perlakuan A dan C. Hal tersebut kemungkinan yang menyebabkan sintasan dan
produksi udang di perlakuan B lebih rendah dari pada di perlakuan A dan C.
Keywords: probiotik; produksi;
budidaya intensif; Litopenaeus vannamei
Penulis: Gunarto, Abdul
Mansyur, Muliani
Kode Jurnal: jpperikanandd090410