PENGARUH APLIKASI SUMBER C- KARBOHIDRAT (TEPUNG TAPIOKA) DAN FERMENTASI PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU, Penaeus monodon POLA INTENSIF DI TAMBAK
Abstract: Penelitian bertujuan
untuk membandingkan pengaruh penambahan sumber C- karbohidrat (tepung tapioka)
dan fermentasi probiotik pada budidaya udang windu dengan pola intensif di
tambak terutama melihat efeknya terhadap perbaikan kualitas air, pertumbuhan,
sintasan, dan produksi udang windu. Enam petak tambak masing-masing ukuran
sekitar 4.000 m2, setelah selesai tahap persiapan tambak (pengeringan,
pembalikan tanah dasar, pengapuran, pengisian air, dan pemupukan), kemudian
tambak ditebari tokolan udang windu PL-25 dengan padat tebar 20 ekor/m2. Tiga
perlakuan diuji yaitu A). Penambahan tepung tapioka ke air tambak dengan dosis 62% dari total
pakan yang diberikan per hari dan diberikan dalam selang waktu lima hari sekali
selama masa pemeliharaan pada bulan pertama dan kemudian dengan selang waktu
tiga hari sekali selama masa pemeliharaan bulan kedua hingga menjelang panen;
B). Pemberian fermentasi probiotik ke air tambak sebanyak 5 mg/L/minggu; dan
C). Pemberian fermentasi probiotik ke air tambak sebanyak 10 mg/L/minggu.
Masing-masing perlakuan dengan dua ulangan. Sampling pertumbuhan, kualitas air,
dan bakteri dilakukan setiap dua minggu sekali. Sintasan, produksi, dan nilai
konversi pakan dihitung setelah udang dipanen. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian tepung tapioka menyebabkan konsentrasi amoniak relatif lebih
rendah di perlakuan A daripada di perlakuan B dan C, namun menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) di antara ketiga perlakuan tersebut.
Bahan Organik Total (BOT) pada hari ke-112 di perlakuan C paling rendah dan menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan BOT di perlakuan B dan A. Juga terdapat
indikasi adanya peningkatan populasi bakteri heterotrof, bakteri Sulfur
Oxidizing Bacteria (SOB) di sedimen tambak, terutama di perlakuan C yang
terjadi setelah masuk bulan ke-IV. Konsentrasi oksigen terlarut di perlakuan C
relatif lebih tinggi daripada di perlakuan B dan A. Hal tersebut kemungkinan
yang menyebabkan pertumbuhan, sintasan, dan produksi udang pada perlakuan C
lebih tinggi daripada yang diperoleh pada perlakuan B dan A. Nilai konversi
pakan yang terendah juga dijumpai pada perlakuan C, sedangkan yang tertinggi
pada perlakuan A. Hasil analisis statistik baik pada pertumbuhan, sintasan,
produksi, dan nilai konversi pakan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05)
di antara ketiga perlakuan yang diuji.
Keywords: udang windu;
budidaya intensif; sumber C-karbohidrat; fermentasi probiotik
Penulis: Gunarto, Muliani, Abdul Mansyur
Kode Jurnal: jpperikanandd100264