PRESENT STATUS PRODUKSI DAN BUDIDAYA TERIPANG DI SULAWESI SELATAN
Abstract: Di Sulawesi Selatan
teripang diperdagangkan dan diekspor ke Cina sejak abad ke-17 dan pada tahun
1824 berhasil mengekspor teripang sebanyak 300 ton dengan nilai 350.000 gulden
atau setara 7.500.000 US Dollar. Kegiatan perburuan teripang oleh pelaut
Bugis-Makassar di Australia Utara berlangsung sejak pada abad ke-17 dan
berakhir pada tahun 1910. Setelah itu, wilayah operasi penangkapannya hanya
meliputi perairan Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Pada tahun 2004 volume
ekspor teripang Sulawesi Selatan mencapai 1.052,5 ton dengan nilai 94.450.650
US Dollar kemudian mengalami penurunan menjadi 734,0 ton dengan nilai 15.805.120
US Dollar pada tahun 2007. Penurunan produksi teripang ini disebabkan karena
populasinya di alam semakin berkurang, sedangkan harga dan permintaan pasar
ekspor semakin meningkat. Pada saat ini harga teripang di Sulawesi Selatan
mencapai Rp150.000,00-Rp500.000,00/kg. Sedangkan peningkatan produksi melalui
usaha budidaya belum bisa berkembang walaupun teknologinya sudah dikuasai dan
dukungan sumberdaya lahan yang cukup luas. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
benih yang hanya mengandalkan benih dari alam yang bersifat musiman, sedangkan
usaha pembenihan teripang di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan belum dapat
berproduksi secara massal. Sehingga untuk memenuhi permintaan pasar ekspor yang
semakin meningkat, maka salah satunya jalan yang dapat ditempuh oleh pengusaha
teripang di Sulawesi Selatan adalah melakukan penangkapan di laut lepas dengan
cara menyelam menggunakan peralatan canggih ataupun dengan menggunakan alat
tangkap jaring trawl mini, walaupun hasil yang diperoleh tidak menentu dan
kadangkala tidak seimbang dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
Keywords: produksi; budidaya;
teripang; Sulawesi Selatan
Penulis: Abdul Malik Tangko
Kode Jurnal: jpperikanandd090374