PRODUKSI MASSAL BENIH ABALON, Haliotis squamata (Reeve, 1846)
ABSTRAK: Budidaya abalon di
dunia saat ini masih terus dikembangkan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin
meningkat, di samping itu, harga jual abalon yang cukup tinggi dan cenderung
terus meningkat juga merupakan salah satu daya tarik dalam pengembangannya. Di
Indonesia pengembangan budidaya abalon jenis Haliotis squamata juga terus
dilakukan, namun masih menghadapi kendala dalam penyediaan benih baik dari segi
jumlah, ukuran, dan waktu. Oleh karena itu, pengembangan teknologi pembenihan abalon
di hatcheri telah dilakukan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut,
Gondol dengan melakukan pemeliharaan dalam bak secara terkontrol untuk
memproduksi benih abalon skala massal. Produksi benih abalon dihasilkan melalui
pemijahan alami induk abalon dari alam dengan ukuran panjang cangkang 7,13±0,02
cm dan bobot 64,49±3,5 g (ratio jantan dan betina 1:2). Pemeliharaan larva dilakukan
dalam bak semen berukuran 10 m 3 dan 6 m 3 menggunakan plastik bergelombang
yang digantung dalam bak pemeliharaan sebagai substrat dan media pakan alami.
Penumbuhan pakan alami dilakukan 2 minggu sebelum penebaran. Jenis pakan alami
yang tumbuh dan dimanfaatkan oleh larva, di antaranya adalah diatom dari jenis
Nitzschia sp., Melosira sp., Thalassionema sp., Navicula sp., Cocconeis sp.
Ketika memasuki umur 1,5-2 bulan, benih mulai dirangsang dengan pemberian pakan
rumput laut dari jenis Gracilaria sp. dan Ulva sp. Pada umur 2 bulan, benih
dipindahkan ke bak pendederan sampai berukuran 1,5-2 cm. Sintasan rata-rata
yang diperoleh pada umur 60 hari sebesar 6,46%. Produksi benih selama 4 siklus
dengan ukuran 1,5–2 cm sebanyak 13.898 ekor. Selanjutnya adalah pemeliharaan
lanjutan benih di keramba jaring apung.
KATA KUNCI: benih abalon, H.
squamata, produksi
Penulis: Riani Rahmawati, Ibnu
Rusdi, Bambang Susanto, dan Suko Ismi
Kode Jurnal: jpperikanandd090188