Mendengkur pada Anak: kapan waktu yang tepat untuk dilakukan tonsiloadenoidektomi?
Abstrak: Mendengkur atau
mengorok adalah suara nyaring yang keluar dari saluran respiratori atas sebagai
hasil getaran palatum molle dan uvula. Mendengkur bukanlah suatu diagnosis,
melainkan gejala yang harus dicari diagnosisnya. Mendengkur perlu diwaspadai
karena dapat menimbulkan masalah respiratori di kemudian hari, dan terbagi
dalam dua kelompok besar, yaitu occasional snoring dan habitual snoring.
Spektrum mendengkur terdiri dari ringan hingga berat, yaitu primary snoring,
upper airway resistance syndrome, obstructive hypoventilation, dan obstructive
sleep apnea syndrome (OSAS). Pemeriksaan baku emas untuk membedakan spektrum
mendengkur tersebut adalah polisomnografi (PSG), namun pemeriksaan ini belum
merata di seluruh daerah. Sebagai alternatif, pemeriksaan lain yang dapat
dilakukan adalah poligrafi, pulse-oximetri, rekaman video, dan tape recorder.
Faktor risiko utama OSAS pada anak adalah hipertrofi tonsil dan/atau adenoid,
dengan demikian kecenderungan tata laksana saat ini adalah tonsiloadenoidektomi
(TA). Sebelum tindakan TA, kortikosteroid intranasal, selama 4-8 minggu, dapat
diberikan untuk menurunkan ukuran tonsil dan/atau adenoid. Indikasi TA adalah
OSAS sedang dan berat pada anak, tonsilitis akut yang berulang, abses
peritonsil, dan tersangka keganasan. Pada daerah dengan fasilitas terbatas, TA
dapat dipertimbangkan pada habitual snoring yang tidak respons dengan pemberian
kortikosteroid intranasal selama 8 minggu. Setelah dilakukan TA, pemantauan
lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat proses catch up terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak
Kata Kunci: habitual snoring;
obstructive sleep apnea syndrome; polisomnografi; tonsiloadenoidektomi
Penulis: Bambang Supriyatno
Kode Jurnal: jpkedokterandd150844

Artikel Terkait :
Jp Kedokteran dd 2015
- Efektivitas Premedikasi untuk Pencegahan Reaksi Transfusi
- Perbedaan Myocardial Performance Index Ventrikel Kiri pada Remaja Obes dengan dan tanpa Sindrom Metabolik
- Hubungan Jenis Kelamin, Usia Gestasi, dan Berat Badan Lahir dengan Sindrom Rubela Kongenital
- Korelasi Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin pada Anak Usia 1-6 tahun
- Hubungan Kadar Copeptin Serum dengan Derajat Pneumonia pada anak balita
- Hubungan antara Kadar Seng dalam Serum dengan Fungsi Eksekutif pada Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
- Perbandingan Efektifitas dan Keamanan Parasetamol Intravena dan Ibuprofen Oral pada Penutupan Duktus Arteriosus Persisten pada Bayi Kurang Bulan
- Hubungan Penggunaan Media Elektronik dan Gangguan Tidur
- Hubungan Kadar Procalcitonin dengan Demam Neutropenia pada Leukemia Limfoblastik Akut Anak
- Hubungan Kadar Prokalsitonin dan Kultur Bakteri dengan Tingkat Keparahan Pneumonia pada Anak
- Ketepatan Parameter Klinis dalam Memprediksi Mortalitas Perdarahan Intrakranial Spontan pada Anak Usia Kurang dari Satu Tahun
- Hubungan Ketebalan Intima Media Arteri Karotis dan Massa Ventrikel Kiri pada Remaja Obes
- Gambaran Uji Fungsi Paru pada Diabetes Melitus Tipe 1 Usia 8-18 Tahun
- Jumlah CD4+IL-5+, CD8+IL-5+, dan Perbaikan Kualitas Hidup Setelah Pemberian Prebiotik dan Nigella Sativa pada Anak Asma dengan Imunoterapi Fase Rumatan
- Profil Klinis, Laboratorium, dan Serologi Infeksi Virus Dengue pada Bayi
- Perbandingan Kadar Vitamin D [25 Hidroksivitamin D] Pada Anak Sakit Kritis dan Nonkritis
- Faktor Risiko Hiperkoagulasi pada Thalassemia Anak
- Hubungan antara Hipokalsemia dan Prognosis Buruk pada Sepsis Neonatal
- Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Kadar Leukotrien Urin pada Pasien Asma Anak
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Perilaku pada Anak Epilepsi
- Manifestasi Klinis dan Fungsi Ventrikel pada Kardiomiopati Dilatasi
- Event Free Survival Enam Bulan Kejadian Tumor Cachexia Syndrome pada Anak dengan Keganasan
- Hubungan Asma dengan Gangguan Perilaku pada Anak
- Dampak Penambahan Digoksin terhadap Kapasitas Fungsional Penyakit Jantung Bawaan Pirau Kiri ke Kanan yang Mengalami Gagal Jantung