Pola Tata laksana Diare Akut di Beberapa Rumah Sakit Swasta di Jakarta; apakah sesuai dengan protokol WHO?
Abstrak: Pada umumnya penyakit
diare akut bersifat self limiting disease sehingga seringkali pasien tidak
memerlukan pengobatan spesifik. Tata laksana diare akut dengan berbagaiderajat
dehidrasi telah dibakukan oleh WHO.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai pola tata laksana diare
akut di luar rumah sakit institusi pendidikan.
Metoda: Penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif di tiga
rumah sakit swasta Jakarta sejak 1 Januari sampai 31 Maret 1999 pada 67 pasien
diare akut yang dirawat, berumur 0-24 bulan.
Hasil: Didapatkan 37 (55%) anak lelaki dan 30 (45%) anak perempuan menderita
diare akut, terdiri dari tanpa dehidrasi 6 (9%) anak, dehidrasi ringan-sedang
52 (78%)anak, dan dehidrasi berat 9 (13%) anak. Proporsi rentang usia 0-6 bulan
sebanyak 23 (34%) anak, >6-12 bulan 28 (42%), dan >12-24 bulan 16 (24%).
Jumlah pasien diare akut tanpa dan dengan dehidrasi ringan-sedang yang mendapat
rehidrasi secara parenteral sebanyak 51 (88%) anak dari 58 anak. Sedangkan
sisanya menderita dehidrasi berat diberi cairan rehidrasi parenteral yang
dibagi dalam 24 jam. Pada keseluruhan pasien rawat hanya 37 (55%) anak yang
mendapat cairan rehidrasi oral (oralit/Pedialyte). Penggunaan antibiotik
didapatkan pada 55 (82%) anak dan anti diare pada 32 (48%) anak. Pemberian ASI
hanya didapatkan pada 41 (61%) anak, dan di antaranya pemberian ASI dilanjutkan
pada 36 (88%) anak, serta dihentikan pada 5 (12%) anak; sedangkan26 (39%) anak
sudah tidak mendapatkan ASI. Dari 51 anak yang menggunakan susu formula,
didapatkan pemberian susu formula khusus pada 47 (70%) anak dan pengenceran
susu formula pada 2 (3%) anak. Lama rawat rerata 3 hari, dengan kisaran2 sampai
6 hari, dan 1 anak dirawat lebih dari 7 hari.
Kesimpulan: tata laksana diare akut di tiga rumah sakit swasta di Jakarta
kurang sesuai dengan panduan/protabel WHO, tampak dari hasil pemakaian CRO
hanya pada 50%pasien, antibiotik masih banyak dipakai (90%), dan pemakaian susu
formula khusus pada 70% anak. Sedangkan pemberian ASI diteruskan cukup baik,
yaitu 88%.
Kata kunci: diare akut, ASI, cairan rehidrasi oral (CRO), antibiotik,
antidiare, anak
Penulis: Pramita G.
Dwipoerwantoro, Badriul Hegar, Pustika A.W. Witjaksono
Kode Jurnal: jpkedokterandd050097

Artikel Terkait :
Jp Kedokteran dd 2005
- Leukemia Kutis
- Anemia pada Penyakit Keganasan Anak
- Kejadian Luar Biasa Hepatitis A di SMPN-259 Jakarta Timur
- Infeksi Saluran Kemih Sebagai Penyebab Kolestasis Intrahepatik
- Hipertensi pada Remaja
- Peran Alergi Makanan dan Alergen Hirup pada Dermatitis Atopik
- Skrining Gangguan Pendengaran pada Neonatus Risiko Tinggi
- Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
- Abses Hati pada Anak
- Laporan Kasus: Purpura Henoch-Schönlein
- Resisten Trimetoprim – Sulfametoksazol terhadap Shigellosis
- Peran Eritropoietin pada Anemia Akibat Keganasan pada Anak
- Masalah pada Tata Laksana Anemia Aplastik Didapat
- Penyakit Alergi Saluran Napas yang Menyertai Asma
- Peran Suplementasi Mineral Mikro Seng Terhadap Kesembuhan Diare
- Demam Tifoid pada Anak Usia di bawah 5 Tahun di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Hasan Sadikin, Bandung
- Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Bayi Usia 4 – 12 Bulan di Kecamatan Matraman dan Sekitarnya, Jakarta Timur
- Deteksi Dini, Faktor Risiko, dan Dampak Perlakuan Salah pada Anak
- Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi Penuh Trisomi 21
- Pengaruh Metabolit Tumor Akibat Sindrom Tumor Lisis pada Terjadinya Gagal Ginjal Akut Serta pada Anak
- Kecerdasan Majemuk pada Anak
- Obstructive sleep apnea syndrome pada Anak
- Sindrom Wolff Parkinson White
- Ukuran Besar Testis Anak Laki-laki pada Saat Awitan Pubertas