Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Bayi Usia 4 – 12 Bulan di Kecamatan Matraman dan Sekitarnya, Jakarta Timur

Abstrak: prevalensi anemia defisiensi besi masih tinggi terutama pada bayi. Deteksi dini terhadap anemia pada bayi terutama bayi dengan risiko tinggi sangat diperlukanuntuk mencapai tumbuh kembang optimal.
Tujuan: untuk mengetahui prevalensi anemia defisiensi besi.
Bahan dan cara metode: studi deskriptif belah lintang dilakukan di empat Puskesmas di Jakarta Timur. Populasi sampel adalah bayi umur 4-12 bulan yang tinggal di wilayah Kecamatan Matraman dan sekitarnya pada bulan Maret 2004. Sampling diambil dengan metode convenient, pengumpulan data dengan pengisian kuesioner oleh ibu bayi secara terpimpin. Pengukuran di lakukan pada panjang badan, berat badan, lingkar kepala bayi. Pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan Hemocue®, sedangkan serum feritin diperiksa di laboratorium SEAMEO-TROPMED FKUI. Hasil: sampel terdiri dari 55 bayi, 63,6% laki-laki, 58,2% berumur 8-12 bulan, dan 87,3% berasal dari keluarga dengan pendapatan per kapita per bulan rendah. Sebagian besar berstatus gizi kurang (60%), 96,4% lahir cukup bulan, 3,6% bayi lahir dengan berat badan rendah pemberian ASI ekslusif 94,5%. Diantara 55 bayi 38,2% mengalami anemia dan 71,4% bayi anemia tersebut menderita anemia defisiensi besi. Prevalensi anemia defisiensi besi lebih besar pada bayi 8-12 bulan daripada bayi yang lebih muda, yaitu 73,3%. Kesimpulan: tidak didapatkan hubungan bermakna antara anemia defisiensi pada bayi
dengan jenis kelamin, umur, tingkat pendapatan orang tua, usia gestasi, berat lahir, pemberian ASI ekslusif, susu formula yang difortifikasi besi, dan makanan pendamping ASI, serta infeksi yang diderita bayi.
Kata kunci: Anemia, bayi, faktor-faktor
Penulis: Rini Sekartini
Kode Jurnal: jpkedokterandd050081

Artikel Terkait :