Pengaruh Modul Skrining Tumbuh Kembang terhadap Efektivitas Skrining Tumbuh Kembang Balita (Studi Eksperimen Terhadap Kader di Puskesmas Merdeka Dan Bogor Timur)
ABSTRAK: Data dari laporan
Dinas Kesehatan Kota Bogor, pada tahun 2015, menunjukkan dari 75.789 orang
balita, baru 22,7 % yang menerima pelayanan Stimulasi Deteksi Dini dan
Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK). Penelitian ini bertujuan melihat pengarus
modul skrining tumbuh kembang dalam meningkatkan efektivitas kader dalam
melakukan skrining skrining tumbuh kembang balita. Penelitian ini merupakan
penelitian kuasi eksperimen dengan pendekatan pre and post test designwithout
control. Responden adalah 30 kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bogor
Timur dan Merdeka. Kriteria inklusi: belum pernah mengikuti pelatihan skrining
tumbuh kembang skrining tumbuh kembang, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
rentang usia 20-45 tahun, pendidikan minimal SMA atau sederajat, aktif sebagai
kader posyandu selama minimal 1 tahun. Kriteria eksklusi: sakit atau mengalami
penurunan fungsi pada salah satu panca inderanya. Definisi operasional efektivitas
kurang dalam penelitian ini ialah jika skor pengetahuan dan keterampilan
responden lebih kecil dari mean, belum dapat melakukan pengukuran pertumbuhan
dan perkembangan menggunakan kuesioner Pre Skrining Perkembangan(KPSP), maupun
menginterpretasikan hasilnya secara tepat. Sedangkan yang dimaksud efektivitas
baik adalah apabila skor pengetahuan dan keterampilan lebih besar dari mean dan
responden sudah dapat melakukan pengukuran pertumbuhan danperkembangan, serta
interpretasinya secara tepat Intervensinya berupa modul skrining tumbuh kembang
skrining tumbuh kembang balita. Modul skrining tumbuh kembang dinilai efektif
untuk meningkatkan keterampilan jika sedikitnya 10 (30%) kader pengetahuan dan
keterampilannya berubah dari kurang menjadi baik setelah diintervensi. Analisis
data menggunakan uji Mc Neamar. Hasil penelitian adalah semua responden bekerja
sebagai ibu rumah tangga, berpendidikan terakhir SMA dengan rentang usia 28-45
tahun, dan minimal telah 1 tahun menjadi kader. Hasil uji statistik menunjukkan
adanya pengaruh modul skrining tumbuh kembang kader terhadap pengetahuan (nilai
p=0,039), keterampilan (nilai p=0,013), dan efektivitas skrining tumbuh kembang
balita yang dilakukan kader dengan nilai p=0,007. Saran perlu dilakukan modul
skrining tumbuh kembang kader secara merata dan berkala kepada kader posyandu
guna meningkatkan kemampuannya dalam mendeteksi tumbuh kembang balita
Kata kunci: pertumbuhan,
perkembangan, anak
Penulis: Fuadah Ashri
Nurfurqoni
Kode Jurnal: jpkebidanandd170035