Pengaruh Penyuluhan dan Konseling terhadap Peranan Gender terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasangan suami-istri dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kepuasan Seksual
ABSTRACT: Salah satu upaya
dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk agar tingkat kesejahteraan suatu
Negara dapat terjamin adalah dengan menggalakkan metode kontrasepsi. Terdapat
kendala dalam pemilihan kontrasepsi diantaranya pengaruh gender dimana kadang
salah satu pihak baik wanita atau pria tidak berpartisipasi. Sisi lain
pemilihan kontrasepsi juga di latar belakangi ketidaktahuan jenis kontrasepsi
yang tepat. Hal lain adalah ketakutan adanya pengaruh metode kontrasepsi
tersebut terhapat kepuasaan hubungan suami istri. Saat ini banyak variasi
pilihan metode kontrasepsi seperti : Intrauterine device (IUD), suntikan homon,
susuk, kondom, vesektomi dan lain-lain. Adanya penyuluhan dan konseling yang
baik terhadap pasangan suami istri untuk memberikan pemahaman terhadap
kesetaraan gender dan metode kontrasepsi diharapkan memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan tanpa perlakuan ini. Metode: Penelitianini adalah kualitatif
dengan metode penelitian Analitik Prospektif yaitu penelitian yang dilakukan berupa
pengamatan terhadap peristiwa yang belum dan yang akanterjadi (follow up
research) yang dilakukansatu kali atau lebih. Hasil: sebanyak 100% suami mempunyai pengetahuan tentang KB.
Subyek yang menggunakan alat kontrasepsi
sebanyak 91% dan tidak menggunakan sebanyak 9% (menggunakan KB Alamiah).
Sebanyak 90% istri minta izin kepada suami saat berKB dan 10% tidak. sebanyak
48,5% subyek yang berKB dimana suami yang memutuskan alat KB yang digunakan
sedangkan 51,5% diputuskan oleh istri. Sebanyak 18 (54,5%) subyek
selama berKB informasi yang cukup tentang alat kontrasepsi yang dipilh
senagkan 15 (45,5%) subyek tidak.
Sebanyak 14 (42,4%) suami
berdiskusi dengan istri setelah menggunakan KB sedangkan 19(57,6 %) tidak.
Sebanyak 24 (72,7%) suami menyerahkan
sepenuhnya keputusan berrKB kepada
istri dan 9 (27,3 %) tidak. Sebanyak 10 (30%) suami mempunyai kesiapan untuk berKB kondom
atau vasektomi sedangkan 23(70 %) tidak.
Jenis KB dengan presentasi tidak ada gangguan hubungan seksual selama
berKB pada spiral 87,5%. Sedangkan
yang subyek yang ada gangguan terbanyak
ditemukan pada yang tidak menggunakan alat KB yaitu senggama terputus sebesar
33,3% dan kondom 50%. Jenis KB dengan presentasi tidak ada penurunan kenikmatan
hubungan seksual selama berKB pada
spiral 87,5%. Sedangkan yang subyek yang
ada penurunan terbanyak ditemukan pada yang tidak menggunakan alat KB yaitu
senggama terputus sebesar 66,6 % dan kondom 50%. Kesimpulan : Sebagian besar
istri meminta izin kepada suami saat berKB (> 90%) dimana penentuan alat KB
yang digunakan diputuskan oleh baik suami-istri (45,5% vs 54,5% ), kesiapan
untuk berKB pada suami (kondom atau vasektomi) masih cukup rendah meskipun
telah diberikan penyuluhan dan konseling (30%). Terdapat pengaruh penyuluhan
dan konseling terhadap pengetahuan tentang KB dimana setelah
dilakukanpengetahuan meningkat. Jenis KB dengan persentase subyek yang tidak ada gangguan hubungan seksual selama
berKB pada terbayak adalah spiral.
Sedangkan yang subyek yang ada gangguan
terbanyak ditemukan pada kondom. Jenis KB dengan persentasi penurunan
kenikmatan hubungan seksual terbanyak ditemukan pada subyek yang melakukan KB
tanpa alat yaitu senggama terputus.
Penulis: Dewi Setiawati,
Irmawati
Kode Jurnal: jpkesmasdd170389